Prabu Siliwangi Disunat: Budaya Asli Sunda?
[Historiana] - Kisah Prabu Siliwangi selalu menarik keingintahuan kita. Apalagi kisah disunatnya Prabu Siliwangi tercatat dalam Naskah Carita Parahyangan. Prabu Siliwangi yang dimaksud dalam Naskah Carita Prahyangan adalah Prabu Sanghyang Sri atau Prebu Ratudéwata.
Prebu Ratudéwata adalah anak dari Prabu Surawisesa putera Sri Baduga Maharaja. Jadi Prebu Ratudéwata adalah Cucu Sri Baduga yang termashur dengan julukan Prabu Siliwangi (III). Dengan demikian, Prebu Ratudéwata bergelar "Prabu Siliwangi V".
Berikut kutipan dari Naskah Carita Parahyangan:
- Prebu Ratudéwata, inya nu surup ka Sawah-tampian-dalem. Lumaku ngarajaresi. Tapa Pwah Susu. Sumbé lé han niat tinja bresih suci wasah. Disunat ka tukangna, jati Sunda teka.
- Prabu Ratudéwata, enya éta nu hilang ka Sawah-tampian-dalem. Ngajalankeun kahirupan saperti rajaresi. Tapa Pwah Susu. Disunatan, maksudna supaya bersih, suci tina kokotor ari dikumbah, disunat ku tukangna, pituin Sunda éta téh.
- (Prabu Ratudewata, iya yang hilang di sawah tempian dalem. Menjalankan kehidupan seperti rajaresi. Tapa Pwah Susu. Disunat, maksudnya supaya bersih, suci dari kotoran kalau dicuci, disunat oleh ahlinya [tukang sunat]. Hal itu adalah Asli Sunda.)
Apakah disunat berarti Prabu Ratudewata beragama Islam?
Sangat menarik! dalam berbagai sejarah digambarkan bahwa penyerangan kerajaan Banten dan Cirebon-Demak dilakukan ke Kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu. Bukankah sejak Prabu Sri Baduga Maharaja Mitos Ke-Islam-an Prabu Siliwangi III ini sudah ada? mengapa digambarkan berikutnya masih beragama Hindu?Kita analisis dari Naskah Carita Parahyangan. "Disunatan" atau dalam bahasa Sunda sering disebut juga "Disepitan" karena proses sunat untuk laki-laki dilakukan dengan menjepit bagian "kulup" purusa k(e)malu4n laki-laki. Menariknya, dalam naskah ini disebutkan bahwa disunat adalah budaya asli Sunda (pituin Sunda). Sedangkan di zaman modern ini, kita mengenal sunat atau khitan berasal dari agama Abrahamik (Ibrahim). Hingga hari ini agama Yahudi, Kristen (Katolik) dan Islam yang melaksanakan khitan (sunat). Namun disebutkan dalam naskah di atas Sunat juga budaya asli Sunda.
Budaya Sunat Laki-laki dan Perempuan Sunda
Ini semakin menarik. Pertama, sistem ke-Tuhan-an dalam Ajar Pikukuh Jati Sunda mengenal Tuhan yang Esa (Tunggal). Konsep kosmologi ke-Esa-an Tuhan dalam Jati Sunda juga mirip dengan ajaran Abrahamik. Kedua, Sistem Sunat atau "Sepitan" ternyata juga ada di dalam Budaya Sunda Asli.Budaya disunatan atau disepitan di Sunda tidak hanya berlaku untuk laki-laki tetapi juga bagi perempuan. Sunat bagi perempuan disebutkan karena alasan mitos “Anak-anak perempuan yang tidak disunat akan genit dan mereka suka bersama dengan banyak laki-laki. Jika mereka disunat mereka akan baik dan sopan"
Menurut bbc.com, Tradisi sunat perempuan telah dijalankan warga komunitas asal Makasar di Jakarta Utara, secara turun temurun, dan dirayakan dengan pesta besar. Rena Herdiyani Herdiyani dari lembaga Kalyanamitra mengatakan sunat perempuan di Indonesia dilakukan mulai dari simbolis sampai melukai.
Di beberapa daerah lain, sunat perempuan dilakukan sejak bayi dan seringkali bersamaan dengan tindik telinga. Menurut Jurnalis BBC, di Mesir tradisi ini sudah dijalankan sejak jaman Fir'aun.
Adakah kemungkinan bahwa adat budaya Sunda Asli (pituin) yang melakukan sunat laki-laki dan perempuan telah dimulai sejak zaman purba, sejaman dengan Fir'aun Mesir? Faktanya dalam Naskah Carita Parahyangan disebutkan bahwa budaya Sunda sebagai budaya asli Sunda.
Di Indonesia aturan tentang sunat perempuan pernah diterbitkan sebagai panduan untuk petugas kesehatan yang kemudian dicabut kembali beberapa tahun kemudian. Tetapi saat ini tak ada hukum yang jelas untuk melarangnya.
Referensi
- "Sunat perempuan di Indonesia, tradisi atau ajaran agama?" bbc.com Diakses 2 Nopember 2018
Comments
Post a Comment