Peta Kuno Sunda sebagai Jakarta di Zaman dulu | Sesaat Setelah Pajajaran Runtuh

[Historiana] - Sejarah tentang kota Jakarta atau Jayakarta yang dahulu bernama Batavis telah banyak dibahas di berbagai media. Baik buku, surat kabar, jurnal, working paper dan lain-lain. pun demikian dengan Batavia yang dulu Jayakarta itu sebenarnya bernama Sunda Kalapa.

Berikut beberapa peta kuno keberadaan Sunda sebagai Jakarta di zaman Kerajaan.

Atlas Ortelius

Peta Indiae Orientalis, karya: Abraham Ortelius tahun 1584
Peta di atas adalah Atlas Ortelius. Pengaruh peta Ortelius ini dan lainnya berasal dari popularitas dan dominasi atlasnya di pasar Eropa. Pada 1570, Ortelius menerbitkan atlas modern pertama; yaitu, satu set peta seragam dengan teks pendukung yang dikumpulkan dalam bentuk buku. Sebelumnya, ada koleksi peta terikat lainnya, khususnya Lafreri di Italia, tetapi ini adalah set petayang dipilih dan terikat bersamaan pada permintaan.
Jakarta masih ditulis "Sunda" pada peta tahun 1584
Karya Abraham Ortelius

Theatrum Orbis Terrarum, atlas Ortelius, mengalahkan atlas yang bersaing dari tokoh-tokoh kartografi lainnya seperti keluarga Mercator. Antara 1570 dan 1612, 31 edisi atlas diterbitkan dalam tujuh bahasa.

Terlihat posisi Jakarta pada tahun 1584 bernama "Sunda". Artinya hanya berselang 5 tahun setelah runtuhnya Pajajaran pada tahun 1579 Masehi. Dalam sejarah, Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang ditaklukan pasukan Gabungan Cirebon-Demak yang kini ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta pada tanggal 22 Juni 1527. Artinya peta dibuat setelah Sunda Kalapa dinyatakan berubah nama menjadi :"Jayakarta", tetapi peta tahun 1584 (terpaut waktu 57 tahun) masih dituliskan sebagai "Sunda". Bahkan pada peta yang diterbitkan tahun 1570 pun masih menggunakan Nama Sunda.


The Mercator-Hondius Atlas

Peta Hondius Atlas karya Jodocus Hondius tahun 1610
Terbit di Amsterdam, Belanda
Peta yang dinamai "The Mercator-Hondius Atlas" karya Jodocus Hondius tebit pada tahun 1610. Dan sekali lagi, dalam peta masih dituliskan "Cumda Calapa" untuk Jakarta/Jayakarta.

Cumda Calapa (Sunda Kalapa) dalam peta Hondius, 1610

Jodocus Hondius the Elder (1563-1612), atau Joost de Hondt, adalah salah seorang ahli geografi dan pengukir terkemuka pada masanya. Karyanya melakukan banyak untuk mendirikan Amsterdam sebagai pusat penerbitan kartografi pada abad ketujuh belas. Lahir di Wakken tetapi dibesarkan di Ghent, Jodocus muda bekerja sebagai pengukir, pembuat instrumen, dan pembuat bola dunia.

Pada 1593 Hondius kembali ke Amsterdam, di mana dia tinggal selama sisa hidupnya. Hondius bekerja dalam kemitraan dengan Cornelis Claesz, seorang penerbit, dan mempertahankan hubungannya dengan kontak di Eropa dan Inggris. Misalnya, dari 1605 hingga 1610, Hondius mengukir lempengan-lempengan untuk Teater John Speed ​​di Kekaisaran Inggris-Raya.

Demikian pula pada peta "IAVA MAJOR" karya Barent Langenes tahun 1612 yang masih menamainya "Cunda Calapa"
Peta karya Barent Langenes tahun 1612

Indiae Orientalis Nova 

Pada tahun 1630 muncul nama "Batavia dalam peta berjudul Indiae Orientalis Nova karya Jan Jansson.

Sunda calapa menjadi Batavia. Peta karya Jan Janson tahun 1630.
Nama "Sunda Kelapa" telah lama disandang kota ini (397–1527). Kemudian Jayakarta (1527–1619) dan Batavia (1619–1942). Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João de Barros, dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)". Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[13] demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten[14] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[15] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat. Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).

Referensi:

Atlas Ortelius, raremaps.com Diakses 8 Nopember 2018

Comments

Popular posts from this blog

Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata