Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Koin lain di era Majapahit bergambar wayang. (Denita Br Martondang/detikcom)

[Historiana] - Bagi Anda orang Sunda, tentu pernah mendengar istilah "Cicis". Istilah ini mengacu pada uang, biasanya uang logam atau bahkan uang kertas. Hanya saja istilah "cicis" biasanya untuk anak kecil. Pernahkah Anda bertanya: Darimana asal-usul istilah Cicis ini?

Baca juga: Mengapa Uang Ini Disebut "Lima Ribu Perak"? | Sejarah Mata Uang Nusantara

Barangkali istilah "Cicis" berasal dari kata "Picis". Istilah Picis berarti uang yang berasal dari Zaman klasik kerajaan Majapahit. Mata uang ini terutama terbuat dari tembaga dan digunakan terbatas pada akhir abad ke-10 M. Mata uang tembaga Tiongkok diimpor secara besar-besaran ke Jawa seiring meningkatnya perdagangan dengan Tiongkok pada abad 11 M dan awal abad 14 M. Mata uang ini kemudian dikenal dengan sebutan picis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Picis adalah uang yang bernilai sepuluh sen; ketip. Jadi, Picis merupakan satuan bilangan mata uang bernilai nominal sangat rendah

Arkeolog Puslit Arkenas, Titi Surti Nastiti dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuno Abad VIII-XI Masehi menulis, Picis punya nilai rendah seperti kepeng pada masa kemudian. Dalam data prasasti, uang picis jumlahnya bisa mencapai ribuan. Berbeda dengan uang emas dan perak paling banyak hanya mencapai puluhan.

Berita Ying-yai Sheng-lan menyebut mata uang Tiongkok yang digunakan di Majapahit berasal dari beberapa dinasti. Ekskavasi Trowulan pada 1976 hingga 1988 menemukan mata uang tembaga Tiongkok dari Dinasti Tang dan terbanyak dari Dinasti Sung.

Meski begitu, pada awalnya picis kemungkinan belum diperlakukan sebagai mata uang. Berita Tiongkok yang ditulis Chau Ju-Kua pada awal abad 13 M menyebutkan mata uang tembaga Tiongkok ditukar dengan sejumlah besar komoditas rempah-rempah.

“Ini menunjukkan mata uang tembaga pada saat itu adalah komoditas yang dapat diperoleh melalui barter,” tulis arkeolog Supratikno Rahardjo dalam Peradaban Jawa.

Pada abad 14, mata uang picis berkembang semakin luas. Bersamaan dengan masa keemasan Majapahit, mata uang Tiongkok digunakan secara resmi dalam pemerintahan. Padahal, ketika itu pedagang Jawa menggantikan dominasi pedagang Tiongkok dalam perdagangan Asia Tenggara. Hubungan dagang dengan Tiongkok pun mulai menyusut sepanjang abad 14. Namun, kondisi ini tak banyak berpengaruh pada penggunaan mata uang Tiongkok.

Di saat yang sama uang tiruannya dan mata uang lokal jenis baru mulai dikenal. Sebutannya gobog digunakan sebagai mata uang resmi untuk keperluan-keperluan pajak.

Gobog berbentuk bulat dengan lubang di tengah. Hiasan di salah satu sisinya berupa motif-motif pohon dan burung, rumah terbuka, air, dan tempayan air, ular, orang dalam bentuk wayang, gajah, ayam, kuda, orang di atas perahu, keris, dan bendera.

“Fungsi sesungguhnya dari mata uang ini tidak diketahui, tetapi mata uang yang serupa ditemukan di Patani dipakai sebagai semacam jimat atau benda keramat,” tulis Supratikno.

Pada abad 15, mata uang Tiongkok masih beredar terutama untuk transaksi dengan nilai rendah. “Penggunaan mata uang Tiongkok ini sepertinya menggantikan sistem moneter asli yang sebelumnya berlaku,” tulis Supratikno.

Tandanya, penggunaan mata uang emas dan perak dalam satuan masa mulai menghilang. Bahkan, penggunaan mata uang Tiongkok semakin masuk ke Jawa seiring pulihnya hubungan dagang keduanya sesudah 1400 hingga 1520 M.

Kesimpulannya, istilah Cicis berasal dari kata Picis yang berarti Uang. Kedatangan istilah Picis kemudian secara fonetik berubah menjadi Cicis ke Tatar Sunda diperkirakan sejak masuknya Kekuasaan Mataram ke Pasundan. Mata uang Picis terbitan kesultanan Cirebon juga hadir pada abad ke-17.Posisi Cirebon membuatnya menjadi pelabuhan dan “jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut Picis.

*cag*

Referensi

  1. "Mata Uang Tiongkok Era Majapahit: Mata uang picis atau mata uang Tiongkok dipakai secara resmi pada masa Majapahit." oleh Risa Herdahita Putri. 2017. Historia.id diakses 2 Nopember 2018.
  2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Comments

Popular posts from this blog

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata