Mengapa Jawa Barat Tidak Menjadi Provinsi Pasundan?


[Historiana] - Pasundan adalah penyebutan wilayah yang secara tradiosional menunjuk wilayah yang dihuni oleh suku Sunda. Keberadaan Suku Sunda sering diidentikan dengan Jawa Barat. Padahal Penduduk wilayah Provinsi Banten juga masih suku Sunda, pun demikian sebarannya hingga ke DKI Jakarta.

Nama Provinsi Jawa Barat sering dituding melemahnya jati diri orang Sunda, sehingga beberapa kali mencuat tuntutan agar wilayah Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan.

Gaung lahirnya Provinsi Pasundan sebagai rebranding dari Provinsi Jawa Barat hingga awal 2017 lalu, nyaris tak terdengar lagi. Apakah itu berarti gagasan pergantian nama provinsi tersebut gagal ataukah hanya tunggu waktu?

Tak jelas nasibnya bagaimana gagasan Provinsi Pasundan tersebut kapan bisa terwujud ataukah tak kan pernah ada? Tetapi, yang jelas gaung Provinsi Pasundan sudah sempat mencuat, seolah tinggal ketok palu di tingkat parlemen setempat.

Hanya saja, realitas politik yang muncul di masyarakat Jawa Barat sendiri, juga ada friksi bahkan ada reaksi penolakan atas gagasan ganti nama tersebut. Mengapa demikian?

Tak hanya sebatas wacana, tahun 2015, Pangauban Ki Sunda sempat mendatangi Departemen Dalam Negeri, Jakarta. Mereka merekomendasikan penggantain nama yang didukung oleh tokoh adat yang ada di Jawa Barat tersebut.

Ketua Pangauban Ki Sunda, Evi Silviady, menjelaskan, penggantian nama provinsi tersebut sebagai langkah antisipasi menjaga eksistensi kultur Sunda di tengah serangan budaya global. Selain itu, budaya lokal juga sering diidentikkan dengan dunia mistis.

Ini sebagai kritik keras terhadap publitas yang keliru terhadap kultur Sunda melalui media elektronik. Sunda kerap diidentikan dengan sesuatu yang mistis, seperti dukun dan lainnya.

"Ironisnya lagi, saat ini masyarakat Sunda malah menjadi tamu di daerahnya sendiri," katanya.

Seperti diberitakan viva.co tahun 2015 silam, Sebuah tim yang terdiri dari tokoh masyarakat, adat, budayawan, akademisi dan mahasiswa Sunda melakukan kajian terhadap ide perubahan nama Provinsi Jawa Barat. Tak ingin hanya sekadar wacana, Selasa, 4 Agustus 2015, mereka menghadap Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi.

Lihat juga dalam format video:


Para tokoh itu meminta bantuan Yuddy yang kelahiran Bandung agar bersedia membantu perjuangan mereka mengubah nama Jawa Barat menjadi Pasundan. Alasannya, selama ini keinginan itu gagal terwujud karena pimpinan daerah mereka tak mau meneruskannya baik di tingkat masyarakat maupun kepada Menteri Dalam Negeri.

Menurut koordinator tim pengkaji perubahan nama Provinsi Jawa Barat, Aji Saputra, masyarakat Sunda kini makin kehilangan jati diri. Selain itu, secara geografis posisi Jawa bagian barat itu jadi bagian Provinsi Banten dan Jakarta.

"Dulu namanya pernah jadi Tatar Sunda, lalu diubah Belanda jadi West Java. Kita ingin berubah nama agar identitas masyarakat Sunda tidak luntur dengan perubahan nama ini," kata Aji di Kantor Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Selasa, 4 Agustus 2015.

Tim pengkaji perubahan nama menyampaikan, pergantian nama dari Jawa Barat menjadi Pasundan didasari identifikasi nilai-nilai sejarah, kesukuan di tanah Pasundan. Bahkan, Pasundan sudah dikehendaki menjadi nama provinsi di barat Pulau Jawa itu sejak zaman penjajahan Belanda lalu.

"Saya selaku pribadi menyambut baik prakarsa perubahan nama Provinsi Jawa Barat dan memberikan dukungan terhadap gerakan aspirasi ini," ujar Menteri Yuddy.

Aspirasi yang dibawa tim itu dimungkinkan bakal terwujud karena ada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 30 tahun 2012 tentang pedoman pemberian nama ibu kota, nama daerah dan pemindahan ibu kota.

Namun, dari kacamata pemerintah, Yuddy mengatakan, gaung gagasan ini belum begitu masif di kalangan masyarakat tanah Parahiyangan, sehingga pemerintah belum terlalu menangkap urgensi perubahan ganti nama Provinsi Jawa Barat.

"Saya minta ruang pembahasannya diperluas. Jangan di tataran elite saja," kata Yuddy.

Yuddy kemudian memberi contoh ide perubahan nama Jawa Barat menjadi Sunda-Jabar, Parahyangan-Jabar, atau Pasundan-Jabar, sebagai win-win solution agar seluruh kesukuan dan wilayah di Jawa Barat seperti Cirebon dan Indramayu terakomodasi.

Usul Lama

Usul serupa sebenarnya sudah mengemuka pada 2009 yang lalu. Ketika itu, ratusan warga etnis Sunda yang menamakan diri Pangauban Ki Sunda Jawa Barat, mendeklarasikan Provinsi Pasundan sebagai pengganti Provinsi Jawa Barat.

Mereka dipimpin sedikitnya lima tokoh adat Sunda, dari Sukabumi, Sumedang, Indramayu, Tasikmalaya, Subang dan perwakilan dari Banten. Wacana untuk mengubah Provinsi Jawa Barat menjadi Pasundan merupakan aspirasi dari masyarakat adat setatar Pasundan.

"Indonesia, pada masa kerajaan dulu memiliki dua nama, yakni Sunda Kecil dan Sunda Besar. Namun kini yang tinggal hanya Selat Sunda," kata salah seorang perwakilan tokoh adat dari Sukabumi saat itu.

Penolakan dari Cirebon dan indramayu

Di sisi lain, Cirebon menolak nama Pasundan. Seperti diberitakan pikiran-rakyat.com (19/08/2015) tahun 2015 silam. Warga Cirebon yang diwakili sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda Cirebon menolak wacana Provinsi Pasundan, untuk mengganti Provinsi Jawa Barat.

Penggantian nama menjadi Provinsi Pasundan justru akan kontraproduktif. Bahkan hanya akan memicu kelahiran provinsi baru di wilayah Jawa Barat, yang bukan entitas sunda.

Provinsi Cirebon pun menjadi pilihan satu-satunya sebagai upaya mempertahankan entitas Cirebon, kalau memang Provinsi Pasundan menjadi terwujud.

Penolakan warga Cirebon mencuat dalam diskusi budaya yang menghadirkan narasumber filolog dari Unpad Raffan S Hasyim, budayawan Cirebon yang juga Ketua Lembaga Budaya lan Sastra Cirebon Nurdin M Noer dan budayawan Indramayu Supali Kasim yang dimoderatori Agung Nugroho, di Kota Cirebon, tahun 2015.

Mengapa tidak Provinsi Pajajaran atau Provinsi Tarumanagara saja?

Usul penggantian nama Provinsi Jawa Barat menjadi Pasundan rawan konflik kepentingan dan identitas. Kita harus mengingat sejarah masa lalu bangsa Sunda-Galuh Pajajaran hingga ke zaman Tarumanagara. Semenjak turunnya pamor Tarumanagara, Sang Tarusbawa berinisiatif mengganti nama kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Alih-alih menaikkan pamor dan menyatukan seluruh negeri, malah lepasnya Kerajaan Galuh di bagian timur kerajaan tarumagara (dibatasi sungai Citarum ke Timur).

Lepasnya kerajaan Galuh menjadi kerajaan Mahardika (merdeka) dari Kerajaan Sunda karena perubahan nama Kerajaan Tarumanagara menjadi Sunda. hal inilah yang kurang mendapatkan perhatian para peneliti sejarah sejak zaman klasik Tarumanagara. Mengingat Luas wilayah Kerajaan Tarumanagara hingga wilayah Jawa Tengah, tentu tidak saja menyangkut suku Sunda di dalamnya.

Dalam sejarah Tatar Pasundan (Penulis sebenarnya mengajukan nama: Tatar Tarumanagara), Kerajaan Sunda dan Galuh pernah disatukan sebanyak 3 kali. meski sering diikuti pemisahan kembali. Penyatuan terakhir Sunda dan Galuh oleh Sribaduga Maharaja yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi, konon lebih diterima oleh semua pihak karena menggunakan nama "Pajajaran" bukan "Sunda". Mengaca dari sejarah masa lalu, penulis mengajukan nama provinsi Jawa Barat diubah menjadi Provinsi Pajajaran. Wilayah Provinsi Banten dan kemungkinan munculnya Provinsi Cirebon masih bisa terjadi. Namun, karena wilayah Kerajaan/Kesultanan Banten dan Cirebon di masa lalu juga masih Pajajaran, semoga dapat diterima semua pihak.

Opsi lainnya adalah Provinsi Tarumanagara "yang direvisi". Provinsi Tarumanagara tentu tidak sampai mencakup Jawa Tengah yaitu daerah Banyumasan. Meskipun daerah tersebut di masa lalu masuk dalam Kerajaan Tarumanagara. Nama "Tarumanagara" tidak merujuk pada etnis tertentu. Meskipun dalam peta-peta yang berdar wilayah Tarumanagara adalah wilah kerajaan Sunda. Jika demikian Provinsi Pasundan, jangan sampai juga ditolak oleh wilayah yang dahulu adalah eks kerajaan Galuh (sebelah timur Citarum).



Belajar dari Suku Madura di Jawa Timur

Suku Madura sudah sangat kita kenal. mereka berbahasa khusus bahasa Madura bahkan pulau mereka tersendiri di Pulau Madura. Namun, Suku Madura berada di Provinsi Jawa Timur. Berbagai jati diri sebagai etnis Madura sangat kental dalam berbagai bidang khidupan kesehariannya. Apalagi sekedar bahasa, Suku Madura tetap berbahasa Madura, meskipun secara administratif masuk provinsi Jawa Timur. Sebaran suku Madura pun ada di Jawa Timur seperti Banyuwangi, Probolinggo dan lain sebagainya.

Rupanya kita sebagai Suku Sunda di Jawa Barat yang "merasa tersisih" harus belajar dari Suku Madura.

Seperti dikemukakan oleh Akademisi Unpad, Muradi, menyayangkan usulan pengubahan nama Provinsi Jawa Barat. Menurut Muradi, pemberian nama yang lebih mencerminkan unsur etnis tertentu hanya akan mengedepankan hegemoni salah satu etnis terhadap etnis lainnya.

Padahal, menurut Muradi, di Jawa Barat terdapat tiga etnis besar, yakni Sunda Priangan, Cirebonan, dan etnis suburban yang merupakan perpaduan dari berbagai etnis.

Dengan demikian, kemampuan kita sendiri sebagai etnis Sunda agar tidak tergerus perubahan zaman tergantung diri kita sendiri. Mengutip Prasasti Cikapundung Bandung: "unggal jagat janma hedap" yang diartikan sebagai "Setiap zaman manusia menghadapi perubahan". Jadi kita mesti "melihat ke dalam" apa penyebab menurunnya identitas ke-Sunda-an?

Mempertahankan Budaya Sunda

Upaya ngamumule atau mempertahankan dan memuliakan Budaya Sunda tidak harus dengan mengganti nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan. Ada berbagai upaya non politis yang masih bisa dilakukan oleh masyarakat Sunda mempertahankan budayanya. Sunda sendiri di masa lalu mengacu pada ajaran dan nama Kerajaan yakni Kerajaan Sunda. Meskipun demikian, entitas etnis Sunda juga berada di negeri atau kerajaan Galuh. Keduanya meruapakan pecahan kerajaan Tarumanagara. Di zaman Modern ini, penduduk Provinsi Banten juga Orang Sunda.



Tinggalan leluhur Sunda yang hingga kini masih ada adalah Kulinernya. Ciri khas masakan Sunda masih tetap eksis bahkan berkembang di zaman modern ini. Namun di bidang seni masih memerlukan usaha lebih keras dalam mempertahankannya. Misalnya seni Jaipong dan Wayang mendapatkan tantangan besar. Beberapa waktu lalu muncul isu pengharaman seni tari Jaipong dan Wayang. belum lagi dalam ajaran "Jati Sunda" yang masih dianut oleh sebagian Urang Sunda di propinsi Banten dan Jawa Barat yang harus berjuang dengan keras agar diterima di negeri sendiri. Miris memang. Justru Jati Sunda mendapatkan persekusi dan intimidasi dari zaman ke zaman di Tatar Pasundan.



Referensi

  1. "Warga Cirebon Tolak Provinsi Pasundan" oleh Oleh: Ani Nunung Aryani 19 Agustus, 2015 - 18:54 pikiran-rakyat.com Diakses 3 November 2018.
  2. "Jika Jawa Barat Berubah Nama Jadi Pasundan" viva.co.id Diakses 3 Nopember 2018.
  3. "Jawa Barat  menuju Provinsi Pasundan, dan Cirebon?" 2 Mei 2017 Netralnews.com Diakses 3 Nopember 2018
  4. "Suku Madura" wikipedia.org

Comments

Popular posts from this blog

Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata