Dominasi Perempuan di Zaman Purba, Hingga Pemujaan Terhadap Dewi
[Historiana] - Sebelumnya kita telah membahas Agama Sebelum Adam | Ketika Dewa Utama Adalah Perempuan. Ada banyak bukti yang mengagetkan kita. Pemahaman selama ini ternyata dijungkirbalikan.
Budaya manusia lebih banyak mendikte perempuan tinggal di rumah dan laki-laki bekerja di luar. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jutaan tahun lalu pola kehidupan perempuan dan laki-laki justru terbalik, karena perempuanlah yang lebih banyak berada di luar tempat tinggal mereka.
Sandi Copeland dari University of Colorado meneliti fosil manusia purba yang hidup di dalam goa di Afrika Selatan 1,8-2,2 juta tahun lalu. Spesimen tersebut terdiri dari delapan individu Australopithecus africanus yang dianggap nenek moyang langsung manusia modern dan sebelas individu Paranthropus robustus.
Peneliti menitikberatkan penelitian pada keberadaan isotop-isotop strontium pada enamel gigi spesimen. Isotop-isotop yang diteliti adalah strontium-86 dan strontium-87.
Dalam penelitian tersebut, setengah dari individu berukuran kecil, identik dengan perempuan, memiliki rasio strontium yang berbeda dengan rasio strontium di lingkungan tempat tinggal mereka. Sementara 90 persen laki-laki memiliki rasio strontium yang mirip dengan tempat tinggal. "Rasio ini berhubungan langsung dengan makanan yang dikonsumsi dan pada akhirnya berkaitan dengan kondisi geologi lokal," ujar Copeland.
Temuan ini memberikan petunjuk bagi ilmuwan mengenai perilaku manusia purba menurut pembagian seksual. Perempuan, kata peneliti, cenderung berkelana sementara laki-laki tinggal di sekitar rumah. Bahkan, penelitian lebih lanjut terhadap jejak isotop yang pada batuan dasar memperlihatkan laki-laki cenderung tinggal pada daerah seluas 30 kilometer persegi saja.
Perilaku perempuan berkelana lebih jauh dibandingkan laki-laki ini mirip dengan yang terjadi pada simpanse. Pada spesies ini, simpanse betina menyebar ke berbagai tempat untuk mencari makan sementara simpanse jantan tinggal di sekitar lokasi kelahiran dan bekerja sama dengan pejantan yang lain untuk melindungi daerah kekuasaan kelompok mereka.
Sejauh ini, belum diketahui di mana australopithecine betina menghabiskan waktu hidupnya. Alasan pejantan cenderung tinggal dekat dengan batuan dolomit yang kaya magnesium juga tak terjawab.
Pengkultusan Dewi Perempuan di berbagai Budaya
Di dalam budaya Sunda, dikenal sosok ghaib atau Dewi bernama Sunan Ambu. Keberadaan sosok Dewi dalam ajaran lama sangat membingungkan para sejarawan. Temuan arkeologi menunjukan sebaran sosok penguasa ghaib atau yang disembah pada zaman pra-sejarah adalah sosok perempuan. Padahal dalam masa berburu dan mengumpulkan makanan, dominasi peran laki-laki lebih menonjol. Begitupula dalam kesejaran Sunda, sosok Dewi penguasa kahiyangan justru perempuan. Baca juga: Agama Sebelum Adam | Ketika Dewa Utama Adalah Perempuan.“Sangat mengejutkan untuk menyadari betapa sedikit yang telah ditulis tentang dewa-dewa perempuan yang disembah pada periode paling kuno dari eksistensi manusia dan kemudian kita menghadapi kenyataan bahwa bahkan materi yang ada hampir sepenuhnya diabaikan dalam literatur populer dan pendidikan umum. . Sebagian besar informasi dan artefak tentang agama perempuan, yang berkembang selama ribuan tahun sebelum munculnya Yudaisme, Kristen, dan Zaman Klasik Yunani, telah digali dari tanah hanya untuk dikuburkan kembali dalam teks-teks arkeologi yang tidak jelas, dengan hati-hati disimpan jauh di tumpukan perpustakaan universitas dan museum yang dilindungi secara eksklusif. " -Merlin Stone, When God Was a Woman-
Acra Dewi di Malta |
Nama Sunan Ambu dapat ditemukan di cerita-cerita rakyat seperti "Lutung Kasarung" dan "Mundinglaya Dikusumah", yang menjelaskan bahwa penguasa kahyangan adalah sosok perempuan yang memiliki nama Sunan Ambu. Hakikat bahwa yang menjadi penguasa kahyangan adalah perempuan mungkin merupakan manifestasi dari kepercayaan asli Sunda Buhun sebelum masuknya agama-agama patriarki seperti Hindu.
Hingga zaman Hindu di tanah Sunda pun, Sunan Ambu masih memiliki tempat di hati masyarakat Sunda. Ia memiliki wilayahnya sendiri yang berbeda dari tempat tinggal manusia maupun dewa-dewi, yaitu Padang Tengah (kahyangan) dimana ia berkuasa atas para pohaci (bidadari) dan bujangga (bidadara).
Nama Sunan Ambu barangkali sudah tidak dikenali lagi kalangan muda di tatar Pasundan. Namun bagi orang tua dan generasi muda yang mencintai Budaya Sunda tentu akan mengenal sosoknya. Sunan Ambu dianggap sebagai Ibu dari Budaya Sunda. Keberadaannya untuk memberikan ajaran welas asih kepada sesama. Baca juga: Agama Sebelum Adam | Ketika Dewa Utama Adalah Perempuan
Referensi
- "Di Zaman Purba, Perempuan Cari Makan, Laki-laki Jaga Kandang" 2011. tempo.co Diakses 19 Oktober 2018
Comments
Post a Comment