Surat Rasulullah dan Nabi Muhammad SAW yang "Ummi" (Buta Huruf)

[Historiana] - Masa awal setelah diangkat sebagai utusan Allah (Rasulullah) Nabi Muhammad Saw membangun komunikasi dengan para pemimpin suku dan pemimpin negara lain. Beliau mengirim utusan yang membawa surat ajakan masuk Islam. Korespondensi melalui surat itu tujukan kepada Heraclius (kaisar Romawi), Raja Negus (penguasa  Ethiopia), dan Khusrau (penguasa Persia).

Adapun surat-surat tersebut dikirimkan dengan mengutus beberapa orang sahabat:
  1. Surat untuk Heraclius itu dibawa oleh Dihyah bin Khalifah al-Kalbi, 
  2. Surat untuk Kisra dibawa oleh Abdullah bin Hudzafah. 
  3. Surat kepada Najasyi dibawa oleh Amr bin Umayyah, 
  4. Surat kepada Muqauqis oleh Hatib bin Abi Balta'ah. 
  5. Surat kepada penguasa Oman dibawa oleh Amr bin Ash, 
  6. Surat kepada penguasa Yaman oleh Salit bin Amr, 
  7. Surat kepada Raja Bahrain oleh Al-'Ala bin Al-Hadzrami. 
  8. Surat kepada Harith Al-Ghassani, Raja Syam, dibawa oleh Syuja' bin Wahab. 
  9. Surat kepada Harits Al-Himyari, Raja Yaman, dibawa oleh Muhajir bin Umayyah.
Masing-masing mereka kemudian berangkat menuju tempat yang telah ditugaskan oleh Nabi. Para penulis sejarah berbeda pendapat tentang waktu keberangkatan mereka. Sebagian besar menyatakan para utusan berangkat dalam waktu yang berbarengan, sementara sebagian lagi berpendapat mereka berangkat dalam waktu yang berlainan.

Berikut Surat Rasulullah kepada Heraclius (Raja Romawi) -- yang dibawa oleh Dihyah al-Kalbi – teksnya berbunyi:

"Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraclius pembesar Romawi. Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk yang benar. Dengan ini saya mengajak tuan menuruti ajaran Islam. Terimalah ajaran Islam, tuan akan selamat. Tuhan akan memberi pahala dua kali kepada tuan. Kalau tuan menolak, maka dosa  orang-orang Arisiyin—Heraklius bertanggungjawab atas dosa rakyatnya karena dia merintangi mereka dari agama—menjadi tanggungiawab tuan.

Wahai orang-orang Ahli Kitab. Marilah sama-sama kita berpegang pada kata yang sama antara kami dan kamu, yakni bahwa tak ada yang kita sembah selain Allah dan kita tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, bahwa yang satu takkan mengambil yang lain menjadi tuhan selain Allah. Tetapi kalau mereka mengelak juga, katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami ini orang-orang Islam."

Tinggalan arkeologis tersebut sebagai bukti nyata bahwa Rasulullah melakukan administrasi pemerintahan dengan tertib dan terdokumentasi. Namun demikian, "Siapakah yang menulis Surat-surat Rasulullah tersebut"? pertanyaan ini muncul karena ada sumber (dalil naqli) yang menjelaskan bahwa Rasulullah adalah seorang yang "Ummi". Umi adalah tidak bisa membaca dan menulis (buta huruf). Apa yang dimaksud Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam itu ummi? Apakah benar beliau tidak bisa membaca dan menulis?


Apa yang Dimaksud Ummi?

Allah Ta’ala berfirman,
“Orang-orang yang mengikut Rasul (yang merupakan) Nabi yang ummi (tidak bisa membaca, menulis, dan menggunakan ilmu hisab) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan hal-hal yang ma’ruf dan melarang mereka dari hal-hal yang mungkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf: 157)

Qatadah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ummi adalah tidak bisa menulis. (Tafsir Ath-Thabari, 6: 105)

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah disebutkan dalam kitab nabi-nabi sebelumnya yaitu disebutkan bahwa beliau adalah seorang yang ummi. Para nabi sebelumnya memerintahkan untuk mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sifat tersebut masih terus ada dalam kitab mereka. Ulama dan rahib mereka bahkan sangat mengetahui hal itu. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 95)

Namun keummian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan berarti tidak memiliki ilmu, bahkan beliau adalah orang yang sangat alim dan berilmu.

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengingatkan bahwa keummian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah berarti beliau tidak berilmu atau tidak bisa menghafal, bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah imamnya para Nabi dalam hal itu. Disebut ummi hanyalah karena beliau tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca sesuatu yang tertulis. (Majmu’ah Al-Fatawa, 25: 172).

Disebutkan dalam ayat lainnya,
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)

Imam Syaukani rahimahullah menyebutkan, “Seandainya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mampu membaca dan menulis, tentu orang-orang akan berkata bahwa ajaran beliau hanyalah dari hasil membaca kitab-kitab Allah yang ada sebelumnya. Ketika disebut bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang ummi, yaitu tidak bisa membaca dan menulis, tentu tidak ada yang ragu lagi pada (ajaran) beliau (yaitu yang beliau bawa adalah wahyu ilahi, -pen). Sehingga yang mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam paling hanya karena kesombongan atau termakan syubhat.” (Fath Al-Qadir, 4: 273).

Mencermati sumber-sumber yang ada, surat-surat Nabi ditulis oleh sekretarisnya. Dalam menjalankan tugas pemerintahan , Nabi Muhammad SAW  dibantu oleh tim kesekretariat yang memiliki spesifikasi tugas masing-masing .Merekalah yang menata kesekretariatan Rasul skaligus menjadi penyambung madsud Rasulullah  kepada raja-raja yang diajak masuk Islam.Sistem kesekretariatan yang di tata Rasulullah , kini banyak diadopsi negara-negara di belahan dunia.
Berikut beberapa diantara juru tulis yang dimiliki oleh Rasulullah :

  1. Ubay bin ka`ab
  2. Juhaim ibnu ash -Shalt bin makhramah
  3. Hanzhalah bin rabi`
  4. Khalid bin sa`id
  5. Zaid bin tsabit
  6. Amir bin Fuhairah
  7. Abdullah bin Arqam
  8. Abdullah bin `Amr

Rasulullah kemudian memerintahkan kepada Abdullah untuk melanjutkan kebiasaanya tersebut   dengan bersabda Tulislah Demi zat yang jiwaku berada dalam genggaman Nya ,tidak keluar perkataan ku (berupa perkataan) kecuali benar.
Wallahu alam

Referensi:

  1. Fath Al-Qadir. Cetakan Ketiga Tahun 1426 H. Muhammad bin ‘Ali Asy-Syaukani. Tahqiq: Dr. ‘Abdurrahman ‘Umairah. Penerbit Dar Ibnu Hazm-Darul Wafa’.
  2. Jami’ Al Bayan ‘an Ta’wil Al-Ayi Al-Qur’an (Tafsir Ath-Thabari). Cetakan Pertama Tahun 1423 H. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
  3. Majmu’ah Al-Fatawa. Cetakan Keempat Tahun 1432 H. Ahmad bin ‘Abdul Halim Al-Harrani (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah). Penerbit Dar Ibnu Hazm-Darul Wafa’.
  4. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan Pertama Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  5. "Benarkah Nabi Muhammad Tidak Bisa Membaca dan Menulis?" Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. rumasyho.com Diakses 15 September 2018
  6. "Surat-surat Rasulullah: Ajak Penguasa & Raja-raja Kafir Masuk Islam" Penulis: Desastian. voa-islam.com Diakses 15 September 2018
  7. "Para Juru Tulis Nabi Muhammad SAW" suara Hidayatullah dari islamsejatih.blogspot.com Diakses 15 September 2018

Comments

Popular posts from this blog

Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata