DeepFakes Bisa Ciptakan Video Palsu | Bahayakah? Senjata Kampanye Hitam yang Wajib Diantisipasi
[Historiana] - Kita memang hidup di zaman yang serba palsu. Sudah beberapa dekade lalu kita mengetahui rambut palsu dan gigi palsu. Memasuki zaman internet dan berbagai kemudahan mengaksesnya, dalam genggaman tangan kita tersuguh berbagai informasi teks atau grafis (gambar) palsu alias fakes. Kemudahan mengedit sebuah foto atau gambar menggunakan aplikasi Photoshop misalnya, tak jarang digunakan untuk tujuan-tujuan buruk dan destruktif.
Kini hadir teknologi DeepFakes Bisa Ciptakan Video Palsu. Sebuah aplikasi untuk merkayasa sebuah video yang canggih. Ungkapan yang ada di masyarakat kita selama ini, bahwa tidak mungkin sebuah video bisa dipalsukan, tetapi sekarang menjadi mungkin.
Teknologi DeepFakes bisa membuat video palsu dengan mudah. Video bisa mereka ulang agar seseorang dalam video tampak mengucapkan suatu hal yang tidak pernah mereka katakan dalam rekaman sebenarnya. Sebab, teknologi ini bisa melakukan reka ulang setiap gerakan mulut seseorang dalam video. Proses pembuatannya, dalam penggunaan DeepFakes harus memiliki cukup banyak sampel data rekaman wajah, video, dan suara agar seseorang agar bisa menirukan dan mereka-ulang gerakan mulut dan gestur orang itu.
Semakin sering video seseorang muncul secara digital, semakin mudah untuk ditiru. Video tiruan ini tampil nyaris tanpa cela, cukup meyakinkan bahwa itu adalah video asli. Bagi orang yang tidak terlatih, mungkin akan sulit untuk membedakannya dengan video asli.
Tahun lalu, video-video buatan dengan teknologi DeepFakes ini sempat membuat kehebohan. Pasalnya banyak artis yang dipalsukan pada reka ulang video p0rn0 yang disebar di media sosial dan situs p0rn0. Diperkirakan teknologi ini juga bisa membuat kekacauan saat kampanye politik yang terkenal sebagai masa dimana berita palsu mudah menyebar.
Sofware Deep Fakes FakeApp 2.1 ini juga dengan mudah dapat didownload di heise.de dengan uuran file cukup besar 1,8 Giga byte. Mengerikannya lagi, semua video palsu itu bisa dilakukan tanpa kemampuan mengedit video sama sekali. Bahkan pengguna pun tak perlu tahu masalah teknis soal kecerdasan buatan. Mesin AI-lah yang akan melakukan segalanya. Saat ini sebagian besar aplikasi DeepFakes dibangun berdasarkan platform AI Google TensorSlow, seperti ditulis The Next Web.
Studi dari Center for a New American Security mengindikasikan DeepFakes memperkirakan seiring dengan semakin sempurnanya teknologi DeepFakes, video buatan mereka bisa menipu mata dan telinga orang-orang biasa. Video berikut bisa memberikan contoh bagaimana teknologi ini digunakan.
Salam damai, salam bhineka tunggal ika
Unity in Diversity
Kini hadir teknologi DeepFakes Bisa Ciptakan Video Palsu. Sebuah aplikasi untuk merkayasa sebuah video yang canggih. Ungkapan yang ada di masyarakat kita selama ini, bahwa tidak mungkin sebuah video bisa dipalsukan, tetapi sekarang menjadi mungkin.
Teknologi DeepFakes bisa membuat video palsu dengan mudah. Video bisa mereka ulang agar seseorang dalam video tampak mengucapkan suatu hal yang tidak pernah mereka katakan dalam rekaman sebenarnya. Sebab, teknologi ini bisa melakukan reka ulang setiap gerakan mulut seseorang dalam video. Proses pembuatannya, dalam penggunaan DeepFakes harus memiliki cukup banyak sampel data rekaman wajah, video, dan suara agar seseorang agar bisa menirukan dan mereka-ulang gerakan mulut dan gestur orang itu.
Semakin sering video seseorang muncul secara digital, semakin mudah untuk ditiru. Video tiruan ini tampil nyaris tanpa cela, cukup meyakinkan bahwa itu adalah video asli. Bagi orang yang tidak terlatih, mungkin akan sulit untuk membedakannya dengan video asli.
Tahun lalu, video-video buatan dengan teknologi DeepFakes ini sempat membuat kehebohan. Pasalnya banyak artis yang dipalsukan pada reka ulang video p0rn0 yang disebar di media sosial dan situs p0rn0. Diperkirakan teknologi ini juga bisa membuat kekacauan saat kampanye politik yang terkenal sebagai masa dimana berita palsu mudah menyebar.
Sofware Deep Fakes FakeApp 2.1 ini juga dengan mudah dapat didownload di heise.de dengan uuran file cukup besar 1,8 Giga byte. Mengerikannya lagi, semua video palsu itu bisa dilakukan tanpa kemampuan mengedit video sama sekali. Bahkan pengguna pun tak perlu tahu masalah teknis soal kecerdasan buatan. Mesin AI-lah yang akan melakukan segalanya. Saat ini sebagian besar aplikasi DeepFakes dibangun berdasarkan platform AI Google TensorSlow, seperti ditulis The Next Web.
Studi dari Center for a New American Security mengindikasikan DeepFakes memperkirakan seiring dengan semakin sempurnanya teknologi DeepFakes, video buatan mereka bisa menipu mata dan telinga orang-orang biasa. Video berikut bisa memberikan contoh bagaimana teknologi ini digunakan.
Di dalam tahun politik Indonesia sekarang ini, semoga tidak ada tangan-tangah jahil dan iseng membuat video yang bersifat destruktif. Penulis mengajak para ahli IT di dunia maya ini untuk mengcounter jika hal tersebut terjadi.
Barry budaiman di seword.com membahas "Video Deepfake, Senjata Kampanye Hitam yang Wajib Diantisipasi"
Unity in Diversity
Comments
Post a Comment