Rahasia Umur Panjang Raja-raja Sunda Galuh Pajajaran | Ilmu Kajayaan

Sketsa Imajiner Mahaprabu Niskala Wastukancana

[Historiana] - Maharaja atau Mahaprabu Niskala Wastukancana, Raja Pajajaran berumur 127 tahun. Ia lahir tahun tahun 1348 M. Memerintah dari tahun 1371 M hingga 1475 M. Naik Tahta ketika berusia 23 tahun dan memerintah selama 104 tahun. Apa rahasia panjang umur? Mari kita ikuti pembahasannya

Prabu Raja Wastu atau Mahaprabu Niskala Wastu Kancana adalah putera Prabu Maharaja Lingga Buana yang gugur di Palagan Bubat pada tahun 1357. Wastu Kancana adalah satu-satunya ahli waris Linggabuana yang masih hidup, karena ketiga saudaranya telah wafat.

Ketika terjadi Pasunda Bubat usia Wastu Kancana baru 9 tahun dan ia satu-satunya ahli waris Prabu Maharaja yang masih hidup. Setelah pemerintahan di jalankan pamannya yang sekaligus juga mertuanya (Sang Bunisora), Wastu Kancana dinobatkan menjadi raja Sunda di Kawali pada tahun 1371 dalam usia 23 tahun.

Maharabu Niskala Wastu Kancana menjadi Raja Sunda-Galuh (Pajajaran) selama 104 tahun. Berikut kutipan dari Naskah Carita Parahyangan:
Aya na seuweu Prebu, wangi ngaranna, inyana Prebu Niskalawastu Kancana nu surup di Nusalarang ring giri Wanakusuma. Lawasniya ratu saratusopat tahun, kena rampés na agama, kretajuga.
Aya deui putra Prebu, kasohor ngaranna, nya éta Prebu Niskalawastu Kancana, nu tilem di Nusalarang gunung Wanakusuma. Lawasna jadi ratu saratus opat taun, lantaran hadé ngajalankeun agama, nagara gemah ripah.

Jika kita menghitung umur Mahaprabu Niskala Wastukancana adalah sebagai berikut: Ia memerintah 104 tahun ditambah usia 23 ketika naik tahta. Dengan demikian, kita bisa menghitung usianya 104 + 23 = 127 tahun. Umur Mahaprabu Nisakala Wastukancana 127 tahun.

Demikian pula Prabu Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) berusia hingga 120 tahun (lahir 1401 - wafat 1521 M).

Anda juga barangkali pernah mendengar atau memiliki nenek-kakek yang "punya ilmu Kajayaan". Maksudnya adalah "heubeul hirup" artinya berumur panjang.

Dalam Naskah Kropak 630 dan 624 Kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian (1518 M), dalam lempir awal mengatakan:
Ini sanghyang dasa kreta kundangeun urang reya. Asing nu dek na[n]jeurkeun sasana kreta pakeuneun heubeul hirup, heubeul nyewa na, jadiyan kuras. jadiyan tahun, deugdeug ta[n]jeur jaya prang, Nyewana na urang reya. 
(Inilah sanghiyang dasa kreta untuk pegangan orang banyak. Siapapun yang hendak menegakkan sarana kesejahteraan agar dapat lama hidup, lama tinggal [di dunia]. berhasil dalam peternakan, berhasil dalam pertanian, selalu unggul dalam perang, sumbernya terletak pada orang banyak.)

Biasanya yang memiliki ilmu "kajayaan" akan berumur panjang. Apakah ilmu Kajayaan ini berupa mantra-mantra? Iya memang. Dalam hal yang disebut ilmu "Kajayaan" ada mantra. Mantra ini sebenarnya lebih teapt disebut :Jampe" dalam budaya Sunda. Karena Mantra dan Jampe hakikatnya berbeda. Mantra adalah ilmu tentang getaran suara yang berhubungan dengan dunia supranatural sedang jampe adalah ungkapan kata-kata atas maksud diri, Jampe lebih mendekati sebagai doa daripada mantra.

Istilah kejayaan atau Jaya hirup banyak kita dapati dalam berbagai sumber naskah kuno Sunda. Naskah Kropak 632 atau Amanat Galunggung memuat hal-hal yang berkaitan dengan jaya hirup.

Tetaplah mengikuti orangtua, melaksanakan ajaran yang membuat parit (nyusuk) di Galunggung, agar unggul perang, serba tumbuh tanam-tanaman, lama berjaya. Sungguh-sungguhlah mengikuti patikrama warisan dari para suwargi (almarhum).

Pada masanya, kehidupannya sosial pun menjadi perhatian. Ia memperingatkan kepada rakyatnya yang gemar berjudi agar meninggalkan kebiasaan buruknya. Ini sesuai dengan bunyi Prasasti Kawali VI, yaitu:

Ini peninggalan dari (yang) kokoh (dari) rasa yang ada, yang menghuni kota ini jangan berjudi (karena) bisa sengsara.

Ilmu Kajayaan sebenarnya berisi tentang berbagai hal yang dapat menciptakan "heubeul hirup" atau panjang umur.

Untuk masa kehidupan Sunda Galuh kuno, yang menjadi pegangan hidup (Kundangeun Urang reya) adalah ajaran Darma. Setiap manusia, pandita juga raja memahami Bayu, Sabda, Hedap. Manusia pada dasarnya terikat erat pada alam semesta dan memiliki pandangan akan adanya hubungan secara timbal balik dengan alam semesta. Pandangan demikian, antara lain, tampak dalam masyarakat Sunda sebagaimana digambarkan dalam salah satu teks khazanah naskah Sunda Kuno yang berjudul Sang Hyang Hayu. Naskah tersebut kini menjadi koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta, dengan kode kropak: Br.634 (Serat Catur Bumi), Br.636 (Serat Buwana Pitu), Br.637 (Serat Sewaka Darma), dan Br.638 (Serat Dewa Buda).

Sewaka Darma menggambarkan Bayu, sabda, dan hedap (‘tenaga-kata-pikiran’) sebagai bagian internal yang menghidupkan tubuh. Bayu-sabda-hedap disebut ‘tiga rahasia’ dalam Sewaka Darma.

Penggerak bagi tubuh manusia. Baik buruknya manusia akan ditentukan oleh bagaimana bayu, sabda, dan hedap. Oleh karenanya, Sewaka Darma senantiasa mengingatkan untuk senantiasa waspada karena banyak ajaran yang mau menuntun ketiganya itu sesat.

Tanpa bayu, sabda, dan hedap manusia seolah-olah hanyalah bangkai-bangkai yang lama-kelamaan busuk dan hancur. Segala mahluk beserta alam semesta ini hakikatnya ialah jelmaan tigarahasya dari unsur bayu sabda hedap yang bisa melenyapkan kebingunan dan kebodohan, dapat menyingkirkan sifat-sifat tamak, dendam, iri dan dengki. Bayu sabda hedap harus digunakan untuk mempelajari kitab suci dan melaksanakan syariat peribadatan sehingga akan tercapai suatu kekuatan dan kemuliaan.

Menjaga Sanghyang Dasa Kreta
Dasa kreta =10 kesejahteraan yaitu kesejahteraan yang dicapai karena kemampuan menjaga 10 sumber nafsu. Naskah Sanghyang Siksa Kandang menyebutkan:
 Ini sanghyang dasa kreta kundangeun urang reya. Asing nu dek na[n]jeurkeun sasana kreta pakeuneun heubeul hirup, heubeul nyewa na, jadiyan kuras. jadiyan tahun, deugdeug ta[n]jeur jaya prang, Nyewana na urang reya. 
Inilah sanghiyang dasa kreta untuk pegangan orang banyak. Siapapun yang hendak menegakkan sarana kesejahteraan agar dapat lama hidup, lama tinggal [di dunia]. berhasil dalam peternakan, berhasil dalam pertanian, selalu unggul dalam perang, sumbernya terletak pada orang banyak.
Ini sanghyang dasa kreta nu dipajarkeun kalangkang sanghyang dasa sila, ya maya-maya sanghyang dasa marga ta, kapretyaksaan na dasa indriya. Ini byakta: ceuli ulah barang denge mo ma nu sieup didenge kenana dora bancana, sangkan urang nemu mala na iunas papa naraka; hengan lamun kapahayu ma sinengguh utama ti pang-reungou. Mata ulah barang deuleu mo ma nu sieup dideuleu kenana dora bancana, sangkan urang nemu mala na lunas papa naraka; he­ngan lamun kapahayu ma sinengguh utama ning deuleu. Kuril ulah dipake gulang-gasehan, ku panas ku tiis, kenana dora bancana, sang­kan nemu mala na Iunas papa naraka; hengan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti kulit. Letah ulah salah nu dirasakeun ke­nana dora bancana, sangkan urang nemu mala na lunas papa naraka; hengan lamunna kapahayu ma sinengguh tuama bijilna ti letah. Irung ulah salah ambeu kenana dora bancana. sangkan urang nemu mala na lunas papa naraka.  
Ini sanghiyang dasa kreta yang disebutkan sebagai bayang-bayang sanghiyang dasa sila, ya maya-maya sanghiyang dasa marga. perwujudan dasa indera. Inilah kenyataannya. Telinga jangan mendengarkan yang tidak layak didengar karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun kalau telinga terpelihara, kita akan mendapat keutamaan dalam pendengaran. Mata jangan sembarang melihat yang tidak layak dipandang karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila mata terpelihara, kita akan mendapat keutamaan dalam penglihatan. Kulit jangan digelisahkan karena panas ataupun dingin sebab menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; tetapi kalau kulit terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari kulit. Lidah jangan salah kecap karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila lidah terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari lidah. Hidung jangan salah cium karena menjadi pintu bencana penye­bab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka.
hengan lamun kapehayu ma sinengguh utama bijilna ti irung. Sungut ulah barang carek kenana dora bancana na lunas papa naraka; hengan lamun kapahayu ma sinengguh utama bijihna ti sungut. Leu-ngeun mulah barang cokot kenana dora bancana na lunas papa nara­ka; hengan lamunna kapahavu ma sinengguh utama bijilna ti leungeun. Suku ulah barang tincak kenana dora bancana na lunas papa naraka; hengan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti suku. Payu ulah dipake keter kenana dora bancana na lunas papa naraka. hengan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti payu, Baga purusa ulah dipake kancoleh kenana dora bancana na lunas papa naraka. hengan lamunna kapahayu ma sinengguh utama dijilna ti baga lawan purusa,Ya ta sinangguh dasa kreta ngara(n)na. Anggeus kapahayu ma dora sapuluh, rampes twahna urang reya Maka nguni twah sang dewa ratu.  
namun bila hidung terpelihara, kita akan mendapat keutama­an yang berasal dari hidung. Mulut jangan sembarang bicara karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka; namun bila mulut terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari mulut. Tangan jangan sembarang ambil karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka; namun bila tangan terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari tangan. Kaki jangan sembarang melangkah karena menjadi pintu benca­na, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila kaki terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari kaki. Tumbung jangan dipakai keter karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka; namun bila tumbung terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari tumbung. Baga-purusa jangan dipakai berjinah, karena menjadi pintu bencana, penyabab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila baga-purusa terpelihara, kita akan memperoleh keutamaan dari baga dan purusa, Ya itulah yang disebut dasa kreta. Kalau sudah terpelihara pintu [nafsu] yang sepuluh, sempurnalah perbuatan orang banyak. Demikian pula perbuatan sang raja.

Dengan demikian, Sanghyang Dasa Kreta adalah menjaga Dasa indera atau sepuluh indera. Rahasia ketenangan jiwa berawal dari perlaku baik terhadap sepuluh indera dan digunakan untuk tujuan baik. Sepuluh Indera tersebut ialah:
  1. Telinga
  2. Mata
  3. Kulit
  4. Lidah
  5. Hidung
  6. Mulut
  7. Tangan
  8. Kaki
  9. Kemaluan
  10. Dubur

Semua dasa indera itu memiliki kepekaan tertentu bagi tubuh. Oleh karenanya, ketika salah melakukan suatu perbuatan akan mendatangkan mala atau celaka berupa keselamatan, kesehatan dan kehidupan seluruhnya. Pengendali utamanya adalah hati dan pikiran. Bahkan jangan pernah memikirkan maksud jahat. Berikut kutipan Sanghyang Sasana Maha Guru.
Ambek mahala ma ngaranya, kira-kira, budi-budi, ngajerum, ngagunaan, mijaheut[a] [t]an, nganeluh, ngaracun, hiri paywagya. Ageus ma nu mupu maling papa(n)jingan[a] medar ungahadang. Sing sawatek tan ywagya, dipitwah dipih(e)dap, ya eta ambe(k) mahala. 
Nu disebut maksud jahat: ngira-ngira, nipu, mitnah, nyihir, nganyenyeri ati, neluh, ngaracun, hiri dengki jeung goréng sangka. Kitu deui nu ngala pepelakan batur, maling, asup tanpa idin, napsu pikeun ngarogahala. Sakur nu henteu pantes, dilakonan sarta diniatan, nya éta nu disebut maksud jahat téh. (Yang disebut maksud jahat: menduga-duga, menipu, menyihir, memfitnah, Menyakiti hati, meracuni, iri dengki dan buruk sangka. Begitu juga yang mengambil tanaman orang lain, masuk tanpa izin, nafsu ingin menyiksa. Semua yang tidak pantas dilakukan serta diniatkan, yaitu yang disebut maksud jahat)

Dalam ilmu pengetahuan Modern
Rahasia awet muda adalah pola hidup, terutama pola berpikir. Sebab, sesungguhnya, sekitar 70% penyakit yang menyerang tubuh asalnya dari pikiran atau emotional stress. Sebutan lainnya adalah psychosomatic illness.

Berdasarkan penelitian hal-hal yang yang sering bersemayam di pikiran dan hati kita rentan mengundang penyakit. Berikut beberapa contohnya.
  1. Iri Hati atau Cemburu: melemahkan sistem kekebalan tubuh
  2. Berbohong: menyebabkan kecanduan alkohol
  3. Kekejaman: menyebabkanasma dan anemia
  4. Putus asa: menyebabkan diabetes
  5. Keserakahan: menyebabkan obesitas dan serangan jantung
  6. Kegelisahan:mengganggu pencernaan, jantung, dan kulit. Dll.
Lihat juga videonya:


Wasiat Wastu Kancana.

Keberadaan Wastu Kancana di Kawali ditegaskan dalam dua buah prasasti. Hal ini sekaligus juga menunjukan adanya eksistensi kerajaan Sunda di Kawali. Prasasti di Astana Gede dimaksud memuat, sebagai berikut:
Prasasti Kawali 1 :
nihan tanpa kawa-
Li nu siya mulia tanpa bha-
Gya parebu raja wastu
Mangadeg di kuta kawa-
Li nu mahayu na kadatuan
Surawisesa nu margi sa-
Kuliling b
dayeuh nu najur sagala
Desa aya ma nu pa(n) deuri pakena
Gawe rahhay pakeun heubeul ja-
Ya dina buana 
(yang berada di kawali ini adalah yang mulia pertapa yang berbahagia Prabu Raja Wastu yang bertahta di Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang membuat parit [pertahanan] sekeliling ibu kota, yang mensejahterakan [memajukan pertanian] seluruh negeri. Semoga ada [mereka] yang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia).

Prasasti Kawali 1 tentu tidak bisa dipisahkan dari Prasasti Kawali Ke 2. Intinya menjelaskan sebagai berikut 
Prasasti Kawali 2 :
Aya ma
nu ngeusi bha-
gya kawali ba-
ri pakena kere-
ta bener
pakeun na(n)jeur
na juritan.
[semoga ada (mereka) yang kemudian mengisi (negeri) Kawali ini dengan kebahagiaan sambil membiasakan diri berbuat kesejahteraan sejati agar tetap unggul dalam perang].

Comments

Popular posts from this blog

Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata