Kalender Sunda
[Historiana] - Urang Sunda dengan jejak sejarah yang panjang sejak pra-sejarah Gunung Padang hingga zaman kerajaan: Salakanagara, Tarumanagara, Sunda, Galuh, Pajajaran. Namun, tidak semua jejak sejarah bangsa Sunda dikenali oleh Urang Sunda. Diantaranya adalah Kalender Sunda.
Komunitas Bengkel Budaya menjelaskan bahwa orang Sunda zaman dahulu mengukur perhitungan kalender Sunda menggunakan alat ukur yang terbuat dari batu ramping panjang, yang disebut lingga. Lingga adalah alat pengukur letak matahari yang ada sejak zaman purba yang berbentuk batu panjang yang sebagiannya ditanam dalam tanah secara kokoh dan letaknya tegak lurus mengarah langit yang biasanya diletakkan pada tempat yang dengan leluasa dapat disinari oleh sinar matahari. Batu lingga ini digunakan untuk melihat, memeriksa, dan meneliti letak matahari dengan memperhatikan bayangan dari lingga tersebut, sebab orang zaman dahulu tahu, bahwa melihat matahari dengan mata telanjang dapat merusak mata.
Awal kalender Sunda ialah Kala Surya Sunda diawali pada tanggal 01 kasa 00001, jatuh pada hari respati (Kamis), pasar Pon (Sunda). Kala Candra Sunda, diawali pada tanggal 01 Suklapaksa Kartika 00001, jatuh pada hari Radite (Minggu), pasar Manis (Sunda) dan bersamaan kala Surya Sunda pada tanggal 28 Hapitlemah 00108+.
Namun ketika India berkuasa di Asia Selatan, Sunda pun di kuasainya dan kalenderpun dirubah yang pada awal mulanya pada tanggal 01-01-15317 kemudian menjadi 01-01-00001Saka, bersamaan dengan 07 kresnapaksa srawan 15678 kala candra sunda tembey. Sama halnya dengan kala candra sundapun dirubah yang pada mulanya 01 suklapaksa kartika 15721 diganti dengan 01 suklapaksa kartika 00001 caka. Kalender inilah yang terdapat dalam tulisan kuno (lontar,batu,daluwang dll) hingga muncullah kalender mataram yang menggantikan kala sunda.
Menurut Ali Sastramidjaja bila perhitungan penanggalan kalender Sunda ini diteliti lebih lanjut, maka ternyata ketepatannya berlaku untuk masa yang cukup lama, ialah 80.000. yang kemudian diteliti bahwa tahun 80.000 jatuh pada tahun pendek.
Menurut Tjokorda (1948) penanggalan bulan ialah perhitungan tahun berdasarkan peredaran bulan yang jumlahnya 12 yang tidak sama dengan matahari yang jumlahnya 365 hari. (h.20) Satu kali bulan mengelilingi bumi lamanya adalah 29.53059 hari, disebut satu bulan kala Candra. Dengan kata lain 1 bulan itu 29 atau 30 hari.
Yang kedua berdasarkan perputaran matahari, atau yang disebut tepung gelang ‘bertemunya bayangan yang ada pada lingga’ lamanya 365 hari, kemudian diberi nama taun, warsa atau warsih. Setelah perhitungan berlanjut, maka diketahui pula bahwa setiap empat tahun sekali tepung gelang itu terjadi selama 366 hari, yang dinamai tahun panjang.
Hari yang dikenal di sunda ada 10 wara atau 10 periode, diantaranya :
Wara yang digunakan dalam kalender Sunda hanyalah Pancawara dan Saptawara, namun pada umumnya hanya menggunakan Saptawara. Hari-hari pasaran (pancawara) dalam kalender Sunda berselisih dua hari dengan kalender Jawa, misalnya Manis (Legi) dalam kalender Jawa menjadi Pon dalam kalender Sunda. Nama hari pada Pancawara ialah :
Definisi Kalender Sunda
Menurut Miranda salah seorang dari komunitas Bengkel Seni Budaya mengatakan bahwa penanggalan Kalender Sunda secara sederhana dapat didefinisikan sebagai metode perhitungan ketetapan waktu yang dilakukan oleh masyarakat Sunda zaman dahulu dalam mengukur siklus perubahan musim yang berguna untuk penjadwalan berbagai aktivitasnya ketika itu, mesalnya bercocok-tanam dan berlayar.Sejarah Kalender Sunda
Ali Sastramidjaja seorang peneliti kalender sunda telah mengkaji dan meneliti kalender Sunda selama sembilan tahun. Ali Sastramidjaja mengatakan bahwa kalender sunda pertama kali ditemukan di sebuah batu prasasti yang bernama Sri Jayabupati pada tahun 952 Caka (Sunda), dalam batu tulis Sri Jayabupati tersebut tertulis “//0//Swasti cakrawarssatita 952 karttikasama tithi dwadaci cuklapa Buddhirancana II/10 109 ksa . ha . ra . wara tambir/ … dan seterusnya/” yang artinya “/Selamat/ dalam tahun Saka 952 Bulan Kartika tanggal 12 bagian terang hari (ha)riyan – (ka)liwon – ra(dite) Ahad wuku tambir / … dan seterusnya/”. Pada tahun 1991 Masehi, kalender sunda ini memperoleh Hak Sipta Dirjen Hak Cipta, Paten dan Merek Departemen Kehakiman RI, kemudian dipublikasikan melalui suratkabar, televise, majalah dan internet pada tahun 1997 dan akhirnya pada tahun 2005n penerbitan pertama cetakan kalender Candra Caka Sunda tahun 1941 Caka Sunda dan pada saat itu sambutan dari masyarakat sangatlah besar yang kemudian setiap tahunnya kalender sunda terus diterbitkan.Komunitas Bengkel Budaya menjelaskan bahwa orang Sunda zaman dahulu mengukur perhitungan kalender Sunda menggunakan alat ukur yang terbuat dari batu ramping panjang, yang disebut lingga. Lingga adalah alat pengukur letak matahari yang ada sejak zaman purba yang berbentuk batu panjang yang sebagiannya ditanam dalam tanah secara kokoh dan letaknya tegak lurus mengarah langit yang biasanya diletakkan pada tempat yang dengan leluasa dapat disinari oleh sinar matahari. Batu lingga ini digunakan untuk melihat, memeriksa, dan meneliti letak matahari dengan memperhatikan bayangan dari lingga tersebut, sebab orang zaman dahulu tahu, bahwa melihat matahari dengan mata telanjang dapat merusak mata.
Awal kalender Sunda ialah Kala Surya Sunda diawali pada tanggal 01 kasa 00001, jatuh pada hari respati (Kamis), pasar Pon (Sunda). Kala Candra Sunda, diawali pada tanggal 01 Suklapaksa Kartika 00001, jatuh pada hari Radite (Minggu), pasar Manis (Sunda) dan bersamaan kala Surya Sunda pada tanggal 28 Hapitlemah 00108+.
Namun ketika India berkuasa di Asia Selatan, Sunda pun di kuasainya dan kalenderpun dirubah yang pada awal mulanya pada tanggal 01-01-15317 kemudian menjadi 01-01-00001Saka, bersamaan dengan 07 kresnapaksa srawan 15678 kala candra sunda tembey. Sama halnya dengan kala candra sundapun dirubah yang pada mulanya 01 suklapaksa kartika 15721 diganti dengan 01 suklapaksa kartika 00001 caka. Kalender inilah yang terdapat dalam tulisan kuno (lontar,batu,daluwang dll) hingga muncullah kalender mataram yang menggantikan kala sunda.
Menurut Ali Sastramidjaja bila perhitungan penanggalan kalender Sunda ini diteliti lebih lanjut, maka ternyata ketepatannya berlaku untuk masa yang cukup lama, ialah 80.000. yang kemudian diteliti bahwa tahun 80.000 jatuh pada tahun pendek.
Jenis-jenis Kalender Sunda
Berdasarkan perhitungannya, terdapar tiga jenis kalender Sunda. Perhitungan berdasarkan perputaran bulan, matahari dan pergerakan bintang. Itu berarti kalender sunda menggunakan perhitungan lunar (kala caka candra) tetapi juga didasarkan pada perhitungan solar (kala saka surya). Namun dari ketiga penanggalan sunda tersebut hanya dua yang digunakan hingga saat ini yaitu penanggalan berdasarkan peredaran bulan dan peredaran matahari.Menurut Tjokorda (1948) penanggalan bulan ialah perhitungan tahun berdasarkan peredaran bulan yang jumlahnya 12 yang tidak sama dengan matahari yang jumlahnya 365 hari. (h.20) Satu kali bulan mengelilingi bumi lamanya adalah 29.53059 hari, disebut satu bulan kala Candra. Dengan kata lain 1 bulan itu 29 atau 30 hari.
Yang kedua berdasarkan perputaran matahari, atau yang disebut tepung gelang ‘bertemunya bayangan yang ada pada lingga’ lamanya 365 hari, kemudian diberi nama taun, warsa atau warsih. Setelah perhitungan berlanjut, maka diketahui pula bahwa setiap empat tahun sekali tepung gelang itu terjadi selama 366 hari, yang dinamai tahun panjang.
Istilah-istilah Dalam Kalender Sunda
Sistem perhitungan pada kalender Sunda sama seperti sistem perhitungan kalender Hijriah – Jawa. Dalam sewindu ada tiga tahun kabisat, sehingga jika misalnya awal windu (indung poe) Ahan manis, maka awal windu selanjutnya Ahad Manis juga. Setiap siklus besar 120 tahun (tunggul taun) satu hari dihilangkan. Jadi setiap 120 tahun, indung poe bergeser tahun Ahad Manis menjadi Sabti Kliwon, kemudian menjadi Jumat Wage dan seterusnya.Nama Hari Pada Kalender Sunda
Menurut Ali Sastramidjaja, awal mula orang mengenal siang dan malam, siang dan malam menunjukan ada dan tidak adanya sinar matahari. Hari dimulai pada saat matahari terbit (jam 06.00 WIB). Kemudian penutup hari pada sore hari (18.00 WIB).Hari yang dikenal di sunda ada 10 wara atau 10 periode, diantaranya :
Wara yang digunakan dalam kalender Sunda hanyalah Pancawara dan Saptawara, namun pada umumnya hanya menggunakan Saptawara. Hari-hari pasaran (pancawara) dalam kalender Sunda berselisih dua hari dengan kalender Jawa, misalnya Manis (Legi) dalam kalender Jawa menjadi Pon dalam kalender Sunda. Nama hari pada Pancawara ialah :
- Manis
- Pahing
- Pon
- Wage
- Kaliwon
Nama hari pada saptawara ialah :
Nama Minggu Pada Kalender Sunda
Pancawuku yaitu gabungan dari pancawara (5 pasaran) dan saptawara (hari dalam satu minggu) jadi pancawuku terdiri dari 35 hari. Dari gabungan ini maka muncul naptu tahun, naptu bulan, naptu hari, dan naptu pasar yang diperhitungkan dalam perhitungan paririmbon.
Menurut Dane salah satu anggota Lentera Zaman, Wuku adalah kata serapan dari bahasa inggris yaitu Week yang artinya adalah satu minggu. Wuku ini dihitung mulai dari hari minggu wage, semua wuku berjumlah 30 minggu.
Nama Bulan Pada Kalender Sunda Nama-nama bulan yang ada pada kalender sunda juga berbeda dengan bulan yang ada pada kalender Jawa. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Kartika dan Januari memiliki persamaan yaitu merupakan nama bulan paling pertama yang ada pada kalender Sunda dan kalender Masehi, namun ada perbedaan antara keduanya yaitu pada periode waktu. Pada kalender Sunda bulan Kartika tahun 1949 periode waktu dalam kalender Masehi yaitu antara 23 Oktober 2012 hingga 21 November 2012 dan hal tersebut berlaku untuk semua bulan pada kalender Sunda.
Tahun Pada Kalender Sunda
Dalam melihat tahun, orang Sunda zaman dahulu menetapkan perputaran bulan dan matahari. Perputaran itu ada dua macam, yaitu perputaran bulan, 29 hari dan dan 30hari dari bulan purnama ke bulan purnama, jadi rata-rata 29,5 hari. Kedua perputaran matahari atau tepung gelang ‘bertemunya bayangan yang ada pada lingga’ lamanya adalah 365 hari, kemudian diberi nama taun, warsa, atau warsih. Setelah perhitungan berlanjut maka diketahui pula bahwa setiap emapt tahun sekali tepung gelang itu terjadi selama 366 hari, yang dinamai tahun panjang. Dalam ukuran hari terdapat perbedaan, 12 bulan itu hanya 354 atau 355 hari, sedangkan satu tahun ada 365 atau 366 hari. Jika dalam kalender Jawa tahun dalam sewindu ditandai menurut numerologi huruf Arab (Alif-Ba-Jim-Dal-Ha-Waw-Zai)n maka berbeda dengan kalender Sunda dimana dalam sewindu ditandai dengan nama binatang, yaitu kebo (1), keuyeup (2), hurang (3), embe (4), monyet (5), cacing (6), dan kalabang (6).
Permasalahan Kalender Sunda
Dalam sejarah kebudayaan Indonesia, peran budaya visual sebagai bagian dari percaturan pembentuk peradaban belum banyak ditelaah. Padahal di Negara-negara maju, budaya visual menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kebudayaan bangsa-bangsa dan peradaban modern Negara-negara tersebut. Desain, sebagai salah satu wujud dari budaya visual, memiliki peranan yang tidak kecil dalam peta sejarah kebudayaan bangsa Indonesia modern yang telah terbangun semenjak masa kolonial. (Agus Sechari, 2007, h.1).
Seperti halnya yang ditemukan dalam permasalah kalender Candra Sunda. Kalender Candra belum banyak diketahui keberadaannya oleh masyarakat luas bahkan masyarakat Sunda-nya sendiri. Juga beberapa kalender Candra Sunda yang telah dibuat oleh beberapa komunitas masih terlihat seperti kalender Masehi, selain itu banyaknya konten yang ada didalam kalender Candra Sunda justru membuat kalender tersebut terkesan padat, sehingga informasi utama tidak tersampaikan dengan baik.
Fungsi Kalender Sunda
Mengingat kalender Candra Sunda merupakan kalender yang ada pada zaman dahulu, maka fungsi kalender sunda dibagi menjadi dua, dulu dan sekarang.
- Fungsi kalender candra sunda pada zaman dahulu Pada zaman dahulu umumnya kalender candra sunda digunakan oleh masyarakat sunda sebagai alat untuk memperhitungkan kehidupan seperti hari-hari baik serta untuk memperkirakan kondisi alam untuk kebutuhan manusia salah satunya adalah pertanian.
- Fungsi kalender candra sunda pada zaman sekarang Dalam memperhitungkan kehidupan seperti hari-hari baik serta untuk memperkirakan kondisi alam untuk kebutuhan manusia, yang digunakan oleh masyarakat hingga kini khususnya dalam hal memperhitungkan hari baik, hal tersebut masih berlansung pada masyarakat yang tergabung dalam komunitas kalender sunda diantaranya adalah Lembaga Bengkel Seni Kebudayaan dan komunitas Lentera Zaman. Hari baik tersebut biasanya digunakan saat ada perayaan atau acara penting yang akan mereka selenggarakan, seperti contohnya, pada hari sabtu mereka akan berkumpul disuatu tempat, karena berdasarkan kalender sunda hari sabtu merupakan hari tumpek atau hari dimana sangat baik apabila berkumpul dengan keluarga.
Sumber: Unikom
Comments
Post a Comment