Belajar Ekskavasi Situs

Archaeological.org

[Historiana] - Mengutip situs Rovicky, Ekskavasi adalah penggalian yang bertujuan untuk menemukan data arkeologi (ilmu purbakala). Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu metode penelitian yang bersifat destruktif, atau merusak. Dikatakan demikian karena lapisan tanah yang mengandung tinggalan purbakala akan dikikis untuk menemukan informasi masa lalu. Pengikisan ini dilakukan perlahan-lahan, selangkah demi selangkah sambil mengamati data yang muncul ke permukaan.

Kesadaran tentang nilai penting lapisan tanah situs sudah diajarkan kepada semua arkeolog sejak mereka menginjakkan kaki di perguruan tinggi. Ditanamkan pengertian mendasar kepada mereka bahwa lapisan-lapisan tanah menyimpan informasi yang sangat penting bagi sejarah manusia. Perlakukan sembarangan terhadap lapisan tanah itu akan menyebakan rusaknya “rekaman masa lalu”. Oleh karena itu arkeolog yang melakukan ekskavasi akan bekerja sangat hati-hati ketika  mulai mengamati rekaman itu. Cangkul, linggis, atau sekop tidak digunakan dalam ekskavasi. Sebagai gantinya arkeolog memilih cetok, kuas, atau kayu-kayu pipih yang dipakai untuk ‘menggaruk’ tanah secara perlahan-lahan.

Artefak berukuran kecil seperti manik-manik, sisik ikan, serpihan tulang, pecahan keramik, atau sisa kain bisa muncul tanpa diduga. Semua bisa hilang tanpa kelihatan apabila ekskavasi dilakukan buru-buru menggunakan cangkul atau linggis. Perbedaan tempat penemuan antara manik-manik dengan sisik ikan misalnya, bisa menunjukkan perbedaan usia apabila berasal dari lapisan berbeda. Masing-masing mewakili bentuk aktivitas manusia berlainan, bisa jadi juga dari masa peradaban yang berbeda.

Teman-teman bisa membayangkan bagaimana rumit dan lelahnya arkeolog melakukan ekskvasi. Belum lagi tanah hasil penggalian yang harus diayak untuk menemukan bukti-bukti berukuran kecil tapi penting, sebelum dipilah-pilah menurut jenisnya. Dari barang kecil-kecil ini bisa diketahui jenis tanaman yang pernah tumbuh, proses geologi, iklim, berapa kali situs dipakai untuk hunian, jenis binatang yang hidup, dan masih banyak lagi.

Situs dengan permukaan tanah yang miring memiliki tingkat kesulitan lebih besar. Lapisan-lapisan tanah asli yang selama ratusan tahun dibiarkan terbuka akan mengalami erosi, turun ke bawah bercampur dengan lapisan yang lebih muda. Susunannya bisa terbalik, yang tua justru berada di atas dari lapisan tanah yang lebih muda. Bagi yang tidak berpengalaman, sudah tentu sukar membedakannya. Apalagi bila proses erosi itu diikuti dengan berpidahnya artefak-artefak yang semula berada di bagian atas meluncur ke bawah menjadi satu. Seorang arkeolog yang paling senior pun, dengan pengalaman puluhan tahun melakukan penelitian, akan sangat hati-hati menghadapi gejala seperti ini. Bila ia gegabah, maka ia akan mengacaukan “rekaman masa lalu” tanpa menyadari telah berbuat kesalahan: yang muda dianggap tua, dan yang tua dianggap muda.

Konteks
Konteks adalah hubungan-hubungan yang menjelaskan keterkaitan antara satu unsur terhadap unsur lainnya. Hubungan-hubungan itu bisa menghasilkan informasi baru bersifat dugaan atau pola-pola tertentu. Dalam penelitian arkeologi, konteks penting peran untuk menjelasakan mengapa sebuah artefak ditemukan berada dekat sungai, misalnya. Berdasarkan lokasi penemuan kapak, bisa diduga bahwa kapak artefak ini dibuat di lokasi menggunakan sumber batu ada. Si pembuat mungkin datang ke tepi sungai karena lebih mudah memilih batu yang dibutuhkan daripada harus menggali tanah. Di tepi sungai dia bebas memilih batu yang cocok sebelum ditetak menjadi kapak. Maka, antara sungai sebagai sumber batu dengan kapak itu memiliki hubungan, dan hubungan itulah yang menjelaskan mengapa manusia datang ke tepi sungai. Kehadiran manusia, ketersediaan sumber batu, penemuan artefak, dan penemuan pecahan-pecahan batu yang terserak sebagai sampah saat membuat kapak. Keeluruhan hubungan inilah yang disebut konteks.

Dengan demikian, dalam setiap ekskavasi para arkeolog tidak boleh lengah melihat perubahan warna tanah, unsur pembentuk tanah, susunan tanah, bahkan kadang-kadang ‘baunya’ yang berbeda. Ia perlu hati-hati untuk mempertahankan konteks tersebut. Sebab setiap  penemuan artefak di lapisan berbeda akan menghasilkan rekosntruksi yang khas menurut konteksnya.

Artinya, setiap konteks berpotensi menghasilkan penjelasan yang berbeda-beda. Konteks ini tidak bisa dipaksakan oleh pemikiran peneliti karena bisa berbeda dengan kenyataan. Justru pikiran si peneliti itulah yang harus mengikuti perubahan yang bisa diamati selama ekskavasi berlangsung.

Maka, kalau keberhasilan sebuah ekskavasi ditentukan oleh metode dan tata cara pengupasan tanah, mengamati konteks merupakan tanggung jawab terbesar. Apa pun kesimpulan yang ditarik dari pengamatan itu menuntut sikap jujur si peneliti menerjemahkan konteks tersebut menjadi cerita. Ini adalah tanggung jawab akademik yang harus dipegang teguh. Intinya para arkeolog, atau siapapun yang melakukan penelitian, tidak bisa memaksakan hasil ekskavsi supaya sesuai dengan pendapat mereka. Cara-cara ini dalam arkeologi disebut sebagai “kejahatan” (crime). Mereka yang melakukanya berpotensi membohongi sejarah dan publik yang terpaksa menerima hasil rekosntruksi mereka seolah-olah benar. Selain tanggung jawab akademik, semua peneliti punya tanggung jawab moral dengan menempatan etika serta nilai-nilai dalam cakupan pekerjaannya.


Menemukan Usia
Tugas ini merupakan salah satu yang terberat. Prinsipnya, semua kepurbakalaan cagar budaya harus bisa didukung oleh perkiraan usia. Manusia purba pertama di Indonesia yaitu Homo erectus misalnya, yang dulu disebut Pithecanthropus erectus, semula diperkirakan hidup 1,3 juta tahun lalu. Perkiraan ini disimpulkan dengan mengamati lapisan tanah yang menjadi lokasi penemuannya di lembah Begawan Solo. Kemajuan teknologi dibantu oleh aplikasi alat-alat cangkih mutakhir telah mengoreksi usia itu lebih tua menjadi 1,8 juta tahun yang lalu. Perbedaan setengah juta tahun tentu besar artinya untuk mengetahui bagaimana lingkungan pulau Jawa waktu itu yang menjadi tempat hidup mereka. Penemuan fosil gajah, kijang, buaya, atau kura-kura di lapisan tanah yang relatif sama dengan fosil-fosil Homo Erectus setidaknya memberi gambaran bagaimana binatang-binatang yang hidup semasa. Penemuan gigi-gigi kuda nil di Sangiran membuktikan bahwa hewan ini pernah hidup di Jawa. saat ini hanya tinggal di benua Afrika kuda nil bisa dilihat dalam keadaan hidup di alam bebas. Mengingat jumlah manusia pada masa itu masih sangat sedikit, ada kemungkinan manusia justru menjadi mangsa dari binatang buas.

Perubahan usia Homo erectus terus berubah dari masa ke masa. Berkembangnya teori dan teknologi memang berpengaruh terhadap pemikiran para ahli. Akan tetapi tidak ahli yang menempatkan usia itu di bawah 1,3 juta tahun, paling tidak mas sekarang. Artinya, perkiraan usia sebenarnya selalu bersifat relatif, tidak pernah tetap. Ilmuwan yang baik akan selalu membuka dirinya untuk menerima kritik. Data yang diperolehnya tetap terbuka untuk diuji sampai diperoleh kesimpulan yang paling masuk akal menggunakan metode, alat, dan pendekatan beragam.

Mematok usia pada perkiraan tertentu sudah tentu bertentangan dengan tujuan dilakukannya penelitian, bahkan sangat bertentangan dengan etika keilmuan. Berdasarkan pemikiran ini maka memaksakan pendapat jelas bukan ciri ilmuwan yang benar. Demikian pula memaksakan sebuah penelitian untuk merealisasikan pemikiran yang belum diuji.
Situs: Sebuah Kebanggaan

Nama Borobudur tentunya hampir semua orang Indonesia pernah mendengarnya. Nama ini merujuk ke sebuah candi besar yang didirikan pada abad ke-8 Masehi oleh orang-orang yang hingga sekarang tidak pernah kita ketahui. Karena rusak dan terancam runtuh, dilakukan lah pemugaran besar-besaran untuk menyelamatkannya. Hasil kerja puluhan arkeolog dibantu oleh ahli komputer dari UNESO bersama para arsitek, ahli geologi, geomorfologi, petrografi, kimia, fisika, sipil, mekanika tanah, biologi, potogrametri, dan pemetaan selama 10 tahun akhirnya mampu mengembalikan kemegahan candi itu seperti sekarang.

Ini adalah sebuah pekerjaan besar yang memakan biaya besar, didanai hampir semuanya oleh pemerintah Indonesia. UNESCO membantu mengadakan tenaga ahli dan menyiapkan dukungan dana untuk mempersiapkan kampanye penyelamatan candi selama beberapa tahun. Sehingga hasil pekerjaan ini, kemegahan bangunan, berikut semua cerita yang menyertainya telah membuat situs Borobudur sebagai monumen yang hidup dalam ingatan. Nyaris 200 tahun sejak penemuannya saat pertama kali dilaporkan oleh Sir Stamford Raffles.

Jadi Bagaimana Sesungguhnya Arkeologi itu?
Sebuah definisi sederhana: arkeologi adalah mengetahui kehidupan manusia masa lalu dengan mempelajari bukti materi tinggalannya.

Arkeologi tidak terlihat penting pada orang itu sendiri, tetapi selalu menguji kemampuannya. Arkeologi sangat berbeda di antara semua ilmu pengetahuan sosial ( studi tentang manusia dan kehidupannya) mempunyai metode yang unik: mempelajari manusia tidak dengan melihat dan membaca atau mendengarkannya tetapi dengan melakukan analisa benda materi tinggalannya. Benda materi diartikan kepunyaan orang, sisa-sisanya,  dan segala sesuatu yang terlihat dan terwujud – dari biji  manik-manik paling kecil atau minyak biji jagung hingga piramida tertinggi, dari sampah dapur yang sangat sepele hingga kerajinan tangan berbahan emas yang sangat indah. Hari ini ketika kemampuan mengerti rambut manusia dan DNA sebaik noda hitam dan beragam fitur yang didapatkan dari dalam tanah makam, bangunan dan sebagainya.

Metode : Pekerjaan Detektif
Arkeologi identik dengan pekerjaan detektif- kenyataannya, jelas pekerjaan detektif! Banyak polisi atau detektif swasta menggunakan semua metode yang para arkeolog gunakan:

  1. Hati-hati dalam mengukur, merekam, dan memotret bukti tempat kejadian kejahatan
  2. Bersusah payah menggunakan tehnik yang akurat untuk memulihkan, memproses dan menganalisa bukti.
  3. Mendapatkan latar informasi pada semua orang, tempat dan waktu yang terlibat
  4. Mewawancarai hal yang diketahui orang tentang kejadian dan bukti lain yang mereka miliki dan ketahui
  5. Menggunakan teknik dari ilmu fisika dan kimia untuk mempelajari lebih lanjut berbagai bukti
  6. Berhenti untuk minum kopi dan makan donat atau bir dingin pada suatu tempat kecil yang tertutup, untuk melihat dan berfikir apa lagi yang dapat dicari lebih lanjut.
  7. Mengumpulkan semua informasi dan mendeskripsikan apa yang terjadi
  8. Menyatakan kasusmu dan mengkritiknya, kadang melibatkan para pakar lain, politikus, jurnalis, dan anggota masyarakat.
  9. Melanjutkan penyelidikan jika kamu tidak dapat mempertalikan semua hal yang membingungkan


Setiap orang kadang melakukan pekerjaan arkeologi.
Pengetahuan arkeologi adalah tentang kita. Kamu dapat melakukan pekerjaan arkeologi pada masa lalu yang terpisah jauh atau masa lalu yang baru saja berlalu. Setiap orang yang melakukan pekerjaan arkeologi, mungkin hampir setiap hari. Sebagai contoh, kamu mungkin mengetahui kendaraan yang di jalan menuju rumah, atau sesuatu yang tersebar di sekeliling rumah tamu yang kawan sekamar, atau anak-anak lakukan di sana. Orang tua, khususnya yang melakukan banyak pekerjaan arkeologi ( Apakah kamu sudah menyikat gigimu sebelum tidur? “ Iya, bu. Selalu bu,” Kemudian mengapa sikat gigimu masih kering.

Tujuan : Mengerti Tentang Manusia
Ketika kamu melakukan pekerjaan arkeologi, kamu tidak menggali hanya untuk mendapatkan artefak yang mengagumkan (itu adalah perburuan harta atau perampokan). Kamu tidak sungguh ingin temuan tersebut untuk dirimu sendiri, bagaimanapun, mereka mengunjungi koleksi atau pameran museum untuk semua kesenangan dan belajar lebih, jika berhasrat. Tidak, kamu ingin mengerti masa lalu manusia melalui melalui apa yang mereka tinggalkan di atas dan di dalam permukaan tanah (atau di manapun). Kamu periksa sekilas jejak yang hilang dari masa lalu untuk beberapa alasan yang bagus. Tujuan arkeologi adalah :

  1. Mempelajari masa lalu manusia melintasi ruang dan waktu
  2. Merekonstruksi kehidupan manusia masa lalu dan kebiasaan hidupnya 
  3.  Mengerti sistem budaya masa lalu (sosial, ekonomi, politik, religi) dan bagaimana mereka berubah sepanjang waktu.
  4. Membantu pelestarian rekaman material yang terpecah-pecah pada masa lalu manusia dan menafsirkan tinggalannya untuk manusia hari ini.
  5. Membawa cerita masa lalu manusia ke masyarakat untuk kesenangan, pendidikan dan kemanfaatan praktis lainnya.


Bukti Alamiah Arkeologi
Sesuatu yang dibuat manusia adalah sebuah artefak, termasuk sebuah pemikiran, lagu, atau sebuah senyuman. Dalam arkeologi, artefak adalah objek materi buatan manusia- kamu dapat melihat dan mengukurnya dan memperoleh informasi darinya.

Material kamu adalah semua hal yang bersifat fisik yang kamu gali atau diperoleh dengan cara lain dari situs arkeologi, dan data kamu adalah semua kepingan informasi yang kamu peroleh dari galian, situs dan semua tinggalan fisik. Kemudian kamu bersihkan, pilah, dan identifikasi material arkeologi mu di laboratorium. Kemudian ketika kamu mendaftar masing-masing jenis artefak dan ekofak dalam tabel, kamu membuat data. Sama seperti semua informasi yang kamu rekam saat kamu menggali sebuah fitur atau membuat sebuah peta- di sana ada banyak data, seperti semua catatanmu, file, foto dan informasi lainnya. Mengikuti bagian deskripsi semua kategori pada tinggalan ini.

Artefak
Setiap objek  yang dibuat manusia adalah artefak. Biasanya kamu memikirkan jambangan keramik kuno atau mata panah, dan akhirnya semua barang ini ada di mana-mana di situs arkeologi. Tetapi kuil dan istana adalah sebuah artefak juga – sesuatu yang dibuat pada artefak individu seperti bata atau balok batu. Batu digunakan untuk memukul dan potongan batu lainnya dibuat mata panah yang juga adalah artefak; Sungguhpun ini bukan dibentuk dengan bebas. Benda Ini permukaannya digerinda  dan terdapat tanda tatal dan kemudian di modifikasi oleh aktifitas manusia. Akhirnya, tatal batu yang terkelupas ketika pembuatan alat batu, sesungguhnya juga termasuk artefak. Meskipun mereka mungkin atau mungkin juga tidak dibuang. Lebih sering, artefak adalah objek ekskavasi yang bergerak dan dibawa kembali ke laboratorium untuk dipelajari.

Ekofak
Ekofak adalah temuan arkeologi yang digolongkan sebagai objek alam yang digunakan oleh manusia tanpa modifikasi. Tulang hewan dan sisa makanan atau pollen dari tanaman kebun adalah ekofak. Tetapi jika sebuah tulang dibentuk menjadi ujung mata tombak, modifikasi tersebut membuatnya menjadi artefak. Kadang fosfat atau unsur kimia lainnya dalam tanah adalah ekofak yang menunjukan bahwa manusia melemparkan sampah organiknya ke permukaan tanah.

Fitur
Sesuatu yang dibuat manusia tetapi terlalu besar untuk diangkat (intak) ke laboratorium disebut fitur. Fitur dapat berupa lubang sampah, pondasi, lubang tiang rumah, kuburan, jalan, kerangka atap bangunan tua, pondasi bangunan, lubang penyimpanan, Tempat asal artefak, dan jejak kaki. Secara teknis kita dapat memotong dan membawanya untuk dipelajari di tempat yang lebih baik kondisinya seperti di laboratorium, tetapi banyak fitur yang diekskavasi ( atau dipelajari dan kemudian dipreservasi) di masa fitur tersebut pertama kali dibuka.

Situs
Situs arkeologi adalah tempat dimana ruang hidup manusia atau aktifitas lainnya dilakukan dan tempat dimana artefak, fitur dan ekofak ditemukan semuanya. Kamu dapat menemukan situs yang berbeda ukuran, bentuk dan periode waktu. Mulai batu galian kecil dengan sedikit potongan batu yang bertebaran di reruntuhan istana besar, hingga potongan balok batu tersebar. Tergantung pada preservasinya, situs dapat berukuran kecil atau besar, dangkal atau dalam.
Komponen dan Batas-Batas

Ketika manusia pada satu periode waktu menggunakan sebuah tempat yang manusia selalu gunakan dari awal waktu, mereka menambahkan komponen lain pada suatu situs. Sebuah situs multi komponen (digunakan dalam rentang masa yang panjang dengan berbagai aktivitas budaya yang berbeda) pada lokasi yang diutamakan seperti sebuah bibir pantai yang mempunyai simpanan budaya ribuan tahun, satu komponen tumpang tindih dengan lainnya. Situs yang ideal mempunyai sesuatu yang baik, lapisan steril budaya di antara masing-masing kmponen yang kamu jelaskan bagiannya. Kenyataannya jarang keadaan semacam ini. 

Manusia sebelumnya datang dan menggali situs dan mencampur barang yang lebih tua dengan barang mereka dan tidak pernah memikirkan bagaimana arkeolog di masa depan menjelaskan semuanya.
Tidak semua situs dapat dilihat. Kadang kamu melakukan survei arkeologi di lokasi situs, termasuk menggunakan teknik khusus jika tinggalan terkubur atau berada di bawah air. Mencari batas situs juga kadang rumit dan bisa jadi tidak mungkin tanpa menggali.

Wilayah dan Temuan Terisolir
Anda dapat menyelidiki situs arkeologi dengan wilayah alami keseluruhan, seperti lembah sungai atau pulau. Atau boleh mengerjakan survei arkeologi dalam sebuah kewenangan area proyek, seperti batas properti seseorang, dalam kasus ini, Anda melakukan hal terbaik untuk melihat bagaimana sesungguhnya luas situs arkeologi masa lalu, tetapi Anda mungkin tidak pernah mengetahuinya secara pasti.

Masing-masing artefak ditemukan satu atau dua benda juga kadang disebut situs jika mengindikasikan sebuah aktifitas khusus di sana. Tetapi bisa saja penemuan sebuah anak panah tidak cukup, benda tersebut dapat saja terjatuh dari rusa yang kemudian terbawa setelah dipanah. Kriteria untuk kualifikasi sebuah situs dapat berubah menurut arkeolog yang mengerjakan pekerjaan dan petunjuk proyek. Banyak profesional sekarang merekam temuan yang terisolir khusus, atau artefak peristiwa untuk mengindikasikan sesuatu yang terjadi di masa lalu, jika mereka tidak mempunyai cukup bukti untuk menyatakan tempat tersebut sebagai situs.

Bagaimana Bentuk Situs Arkeologi 
Situs arkeologi dapat dibangun lebih besar atau kecil dalam jumlah waktu dan ruang, melalui besar atau kecil kegiatan manusia dan alam. Arkeolog menyatakan proses pembentukan situs dapat dibagi dalam 2 kategori : Proses budaya dan proses alami.

Proses Budaya
Aktifitas budaya yang berkontribusi dalam pembentukan situs arkeologi adalah sesuatu yang sederhana yang manusia lakukan yang menghasilkan bukti materi. Ikuti daftar yang diberikan pada anda beberapa contoh:
  1. Mencari bahan baku dan membuat artefak; membuat sesuatu dari potongan alat batu untuk membuat piramida (proses terbentuknya limbah yang tersisa)
  2. Meninggalkan bukti aktifitas; menggunakan barang materi dan ruang fisik, aktivitas sekeiling objek, meninggalkan limbah, memperbaiki dan merekonstruksi benda – dasarnya, meninggalkan jejak dan puing dalam sebuah area dimana menunjukan adanya aktifitas.
  3. Membuang benda (meninggalkan begitu saja atau karena ketidaksengajaan): membuang sampah, mengantar barang, atau menyimpan barang dan melupakannya.
  4. Menggunakan kembali barang di masa lalu: mengambil bagian dari piramida tua dan membawa balok atau bata untuk digunakan pada kontruksi baru. 
  5. Menggali atau mengganggu benda-benda masa lalu yang berada di bawah tanah: membajak tanah situs lama dan membuldozernya untuk membuat kontruksi baru.

Proses Alami
Alam juga memiliki kontribusi pada pembentukan situs arkeologi. Jenis-jenis proses alami :
  1. Proses fisika, seperti angin, gravitasi, hujan, badai, kekeringan, gunung berapi, dan berbagai keadaan iklim dan kondisi cuaca setempat.
  2. Proses Biologi, seperti sarang burung di situs dan bakteri atau organisma lain yang menyebabkan kerusakan.
  3. Proses kimia, seperti pelapukan batuan, karat besi, dan pembusukan tanaman mati di keasaman tanah.
Semua proses ini mempengaruhi keadaan situs arkeologi secara susunan dan pandangan. Keadaan ini bisa dalam skala besar (abu ledakan gunung berapi menutupi seluruh kota seperti Pompeii) atau dalam skala sangat kecil (artefak besi berkarat secara menyeluruh) . Hal lain yang lebih destruktif (bangunan kayu hancur secara menyeluruh dan meninggalkan hanya noda hitam yang tersebar di permukaan tanah), atau malah secara nyata mengawetkan situs (debu Pompeii). Kadang keduanya dapat mengawetkan dan menghancurkan dalam waktu yang sama. Contoh efek dari sungai yang banjir, membersihkan seluruh bagian dari tinggalan prasejarah tepian sungai kampung, tapi juga menutup bagian lain hingga beberapa kaki dengan pasir yang baru,kemudian mengawetkannya dengan lebih baik (dan membuat arkeolog harus menggali lebih dalam untuk menemukannya).

Anda harus faham perbedaan efek semua proses ini seperti anda mengerjakan pekerjaan arkeologi. Hal ini membantu mengetahui sesuatu tentang pengetahuan fisik dan menjadi antropolog yang baik yang mengerti kehidupan manusia juga. Kenyataannya, menjadi arkeolog, anda sering membutuhkan keseimbangan dalam keahlian! Jika anda tidak siap, beberapa masa kerja lapangan akan membantu anda melihat apa indikasi tanah yang manusia gunakan, apa yang dimaksud dengan kayu yang membusuk tersebar di permukaan tanah, atau bagaimana sebuah benda berwarna oranye besar yang berat pada sebuah artefak yang berkarat.

Belajar Ekskavasi Situs
langkah penggalian dasar

Lima langkah dasar dalam penggalian apapun adalah:

  1. Membangun kotak kotak-kotak di seluruh situs
  2. Hapus dan menyaring tanah dibajak dari bagian atas setiap persegi
  3. Foto dan memetakan noda tanah (disebut fitur), yang terlihat di bawah tanah dibajak
  4. Menggali fitur untuk memulihkan isinya
  5. Dan, ketika segalanya selesai, isi ulang (atau pengurukan) daerah digali dengan tanah.
Pada bagian ini, kita akan menjelaskan semua langkah ini secara lebih rinci.

Mendirikan situs jaringan
Langkah pertama dalam penggalian apapun adalah untuk membangun jaringan imajiner di seluruh situs. grid ini digunakan untuk menentukan batas-batas penggalian dan untuk merekam lokasi semua temuan. Setelah grid telah ditetapkan, setiap lokasi di situs dapat digambarkan persis dengan satu set nomor disebut koordinat (Anda akan melihat contoh ini nanti). Pada Occaneechi Town, grid diletakkan menggunakan dasar instrumen survei: transit, batang stadion, dan mengukur kaset. titik referensi permanen, digunakan untuk membangun kembali penggalian jaringan setiap musim lapangan, ditandai dengan pipa baja diatur dalam beton, sementara poin kunci dalam grid ditandai dengan kuku besar terjebak di dalam tanah.

Penggalian jaringan
Inilah grid penggalian terlihat seperti. Garis-garis pada peta ini diambil pada interval 10-kaki, menciptakan pola kotak. Setiap garis horizontal diberi label sesuai dengan utara jarak dari titik referensi yang disebut datum a. Demikian pula, setiap garis vertikal diberi label dengan nya timur jarak (kanan) atau barat (kiri) dari titik yang sama. Dengan demikian, setiap lokasi di situs dapat digambarkan dengan koordinat garis grid yang bersinggungan ada. Koordinat selalu ditulis dengan cara standar: utara koordinat muncul pertama, diikuti oleh huruf "R" (yang merupakan singkatan dari "kanan") atau huruf "L" (yang merupakan singkatan dari "kiri") dan kemudian oleh timur atau barat berkoordinasi. Dengan demikian, koordinat 250R50 merujuk tempat 250 kaki utara dan 50 kaki timur dari datum.

Setiap blok dalam pola kotak-kotak yang ditampilkan di sini juga terjadi menjadi unit penggalian, 10 dengan 10 kaki dalam ukuran, yang disebut persegi. Setiap persegi ini dinamai grid koordinat sudut tenggara nya.

Mengupas tanah zona Bajak
Lokasi digali membentuk persegi. Langkah pertama dalam menggali persegi adalah untuk menghilangkan lapisan atas tanah yang telah terganggu oleh pertanian modern, yang disebut zona bajak. Ini biasanya merupakan tanah gelap yang telah berulang kali berubah dan dicampur dengan bajak. tanah ini digali dengan sekop dan menyaringnya, untuk mendapatkan artefak. Zona bajak berisi artefak yang tersisa di tanah. 

Mengupas lapisan tanah
Pengupasan lapisan tanah memperlihatkan tanah berwarna terang dan gelap. Pada lapisan tanah terdiri dari, tanah liat kaku dan berwarna. Permukaan lapisan ini secara cermat dikupas, atau dikikis, dengan kulir dipertajam untuk menghapus semua tanah yang gembur dan mungkin adanya akar pepohonan. Pengupasan dengan sekop (Troweling) mengungkapkan sisa-sisa arkeologi.

Menggali lubang
Setelah troweling selesai, noda gelap di tanah menjadi mudah terlihat. noda ini jejak aktivitas manusia purba. Arkeolog memanggil mereka fitur. Fitur bulat kecil yang terlihat dalam foto ini adalah jejak tiang kayu yang pernah didorong ke dalam tanah. Posting sendiri sudah lama berlalu; mereka membusuk jauh berabad-abad yang lalu. Tapi kita masih bisa melihat keberadaan tulisan pernah berdiri karena mereka bernoda tanah ketika mereka membusuk. Jenis-jenis fitur yang disebut lubang pos.

Pit (lubang)
Para arkeolog juga menemukan fitur yang lebih besar, menunjukkan daerah mana, di zaman kuno, lubang digali dan kemudian diisi ulang. Manusia purba menggunakan lubang tersebut untuk penyimpanan dan memasak. Ketika tidak lagi digunakan, lubang diisi ulang dengan lapisan atas tanah gelap. Itu sebabnya saat terlihat lebih gelap daripada lapisan tanah di sekitarnya. Kadang-kadang, lubang-lubang juga digunakan sebagai kuburan; fitur tersebut disebut penguburan.


Menggali pit (lubang) kuno
Di sini kita melihat lubang penyimpanan kuno yang digali. penggalian dilakukan sangat hati-hati dengan tangan, menggunakan alat sekop. Sediakan ember dan bak cuci yang berisi tanah yang diangkat keluar dari lubang. tanah ini akan diolah secara cermat untuk mendapatkan sisa tulang hewan, artefak, dan sisa-sisa tanaman.

Isi pit (lubang) kuno
Berikut ini adalah tampilan dari pit setelah itu telah sepenuhnya digali. Di bagian bawah Anda dapat melihat tulang hewan dicampur dengan fragmen tembikar, disebut pecahan. Pecahan berasal dari kuali yang pecah saat sedang digunakan. 

Apa isi pit kuno memberitahukan kita
Sebuah pandangan lebih dekat dari sampah yang sama ini juga mengungkapkan batu terbakar (mungkin batu yang digunakan untuk memasak), tanduk rusa, dan tulang rahang binatang. Semua sampah ini juga bisa saja sisa-sisa makanan tunggal. Setiap lubang dapat dilihat sebagai "kapsul waktu" dari kehidupan sehari-hari. Dengan membandingkan, dan menafsirkan isi dari banyak lubang tersebut, para arkeolog mampu merekonstruksi bagaimana penduduk desa kuno tinggal, makanan apa yang mereka makan, dan alat-alat yang mereka gunakan dalam kegiatan rumah tangga mereka apa.

Mendokumentasikan fitur galian: Fitur Pit sebelum penggalian
Semua lubang secara hati-hati dan difoto. Tiga jenis gambar biasanya dibuat. Sebuah pandangan rencana menggambarkan garis besar fitur seperti yang terlihat dari atas. Sebuah profil menggambarkan fitur di penampang, seolah-olah terlihat dari samping. Dan lihat digali menunjukkan isi dari fitur setelah penggalian telah selesai.

Mendokumentasikan fitur galian: Fitur Pit selama penggalian
Mendokumentasikan fitur digali: Fitur Pit setelah penggalian

Pits (Jenis fitur umum)
Lubang kira-kira melingkar, lubang cukup dalam yang digali oleh manusia purba. Paling mungkin digunakan untuk menyembunyikan barang-barang dan kemudian diisi dengan sampah domestik.

Penguburan (Jenis fitur umum)
Penguburan lubang-lubang, biasanya berbentuk oval atau persegi panjang dan mungkin cukup dalam, yang digali sebagai kuburan individu. Berisi sisa-sisa kerangka dan benda-benda penguburan yang menyertai orang yang meninggal.

Membuat lubang (A Jenis fitur umum)
Membuat lubang kecil, biasanya melingkar pada tanah gelap yang merupakan tempat dimana tiang kayu pernah berdiri. Adanya dari noda seperti mewakili bangunan dan dinding, seperti rumah dan dinding pertahanan. Lubang  mungkin merupakan bekas bangunan atau bingkai tiang didirikan.

Gangguan alam (A Jenis fitur umum)
Pohon dan hewan merupakan gangguan yang tidak teratur, lubang mungkin berisi tunggul pohon atau lubang tikus. Fitur ini adalah lubang tunggul.

Sebuah struktur tiang lubang
Kadang-kadang, sekelompok fitur diakui sebagai sisa-sisa rumah atau bangunan lainnya. Ini disebut struktur. Berikut adalah cara struktur melingkar terlihat setelah zona penelitian dibersihkan. Lingkaran hasil penggalianmenunjukkan di mana dinding pernah berdiri. Dekat dinding (baik di dalam dan luar) adalah lubang-lubang yang mungkin digunakan untuk menyimpan makanan dan barang-barang lainnya.

Struktur lubang pasca Digali
Berikut struktur yang sama setelah lubang dibuat atau lubang-lubang yang telah digali. Struktur ini awalnya sebuah bangunan rumah. Kerangka tersebut terdiri dari anakan, yang didorong ke dalam tanah, kemudian membungkuk dan diikat di bagian atas untuk kerangka atap. Dinding dan atap, sekarang telah hilang, yang mungkin ditutupi dengan kulit kayu, anyaman tikar, atau rumbia. Ini adalah jenis rumah di mana keluarga zaman dulu pernah hidup di sana. 

Sebuah struktur dinding-parit
Berikut jenis lain dari struktur. Perhatikan bahwa dinding ditandai dengan tanda melingkar, bukan dengan lubang dibuat oleh seseorang. Ini semacam tanda (noda) yang menunjukkan parit dinding, di mana tulisan yang mendukung dinding dan atap. dinding ini mungkin jauh lebih berat daripada rumah biasa. Perhatikan juga fitur besar di tengah rumah. Ketika digali, ini ternyata menjadi lubang api, penuh arang dan terdapat batuan yang terbakar.

Struktur dinding-parit
Bangunan terlihat setelah penggalian parit. Panjangnya hanya sekitar 1  sampai 10 metert. Bisa saja kita hanya menemukan sisa-sisa dinding parit.

Pemetaan fitur arkeologi
Arkeolog memetakan lokasi dari semua fitur yang mereka hadapi secara akurat. Karena semakin banyak kotak dibuka, ukuran peta berkembang, dan tata letak masyarakat kuno secara bertahap terungkap. Misalnya, pembuatan lubang ditandai dengan lingkaran hitam; lubang digambarkan dengan warna merah; dan rumah ditunjukkan pada coklat. Di kiri atas adalah garis lubang posting dari tembok pertahanan, atau palisade, yang mengelilingi desa. Garis grid biru menggambarkan 10 dengan 10 kotak kaki penggalian.

Memulihkan artefak waterscreening
Sekarang, ingat bahwa tanah Anda melihat duduk di ember dan bak sebelah lubang yang digali? Mari kita menunjukkan apa yang terjadi dengan tanah dari fitur. Sebagian besar tanah ini (termasuk segala sesuatu di dalam bak tampungan) diproses melalui sebuah alat yang disebut waterscreen. Tanah dibuang dengan saringan air, kemudian disemprot dengan selang dan dicuci melalui saringan, masing-masing layar berturut-turut mulai dari ukuran besar hingga yang lebih kecil.

Artefak yang ditemukan waterscreening
Dengan waterscreening, bahkan artefak terkecil ditemukan. Foto ini menunjukkan manik-manik shell kecil, sekitar seperdelapan inci diameter, yang tertangkap di layar terkecil. Satu juga dapat melihat fragmen kecil tulang dari burung dan ikan, serta kerang siput, yang memberikan bukti yang berharga mengenai diet.

Memulihkan arang dengan flotasi
Sebuah sampel yang lebih kecil dari tanah dari masing-masing fitur (segala sesuatu yang berada di ember) dikenakan flotasi. Proses ini melibatkan alat lain, terbuat dari tong logam tua, di mana hangus sisa-sisa tanaman yang melayang keluar dari tanah terbawa air yang mengalir dan terjebak dalam kawat saringan. Ini potongan-potongan kecil dari arang, ketika diidentifikasi, memberitahu kita mana tanaman ditanam sebagai tanaman, yang dikumpulkan di alam liar, dan jenis kayu apa yang digunakan untuk bahan bakar.

Tulang hewan (A Jenis artefak umum)
Tulang hewan yang biasa ditemukan dalam fitur arkeologi. Sebagian besar tulang-tulang ini berasal dari hewan yang diburu atau ditangkap untuk makanan (seperti rusa, beruang, rakun, kalkun, dan ikan).

Fragmen bata (A Jenis artefak umum)
Fragmen bata terdapat di tanah galian di lokasi arkeologidan berkaitan dengan pemukiman masa laludi daerah itu.

Arang (A Jenis artefak umum)
Arang umum ditemukan dalam fitur arkeologi. Sebagian besar arang ini adalah dari kayu yang digunakan sebagai bahan bakar; Namun, tanaman yang ditanam atau dikumpulkan untuk makanan juga yang berlimpah diwakili oleh biji, kulit kerang, dan lain-lain.

Batu anak panah (A Jenis artefak umum)
Manusia purbamenggunakan busur dan anak panah sebagai senjata. panah mereka berujung dengan bentuk segitiga kecil yang dibentuk dari batu. Manusia jauh lebih awal dari situs (sebelum sekitar 1.000 SM) menggunakan batu tajam yang ditempatkan pada ujung tombak.

Flakes (Jenis artefak umum)
Serpihan merupakan hasil pembuatan alat batu. Biasanya berukuran kecil, terbuat dari riolit atau beberapa jenis lain dari batu dengan conchoidal (mengkilap seperti kaca karena penggunaan berulang), dan memiliki karakteristik yang dikenali dengan mudah dibedakan dari batuan yang tidak dimodifikasi.

Manik-manik kaca (A Jenis artefak umum)
manik-manik kaca dibuat di Eropa dan diperdagangkan oleh Virginians ke Occaneechi, yang digunakan dalam kalung dan gelang dan untuk menghiasi pakaian mereka. Kehadiran manik-manik kaca adalah tanda kirim-kisah dari kontak dengan orang Eropa; Namun, mereka tidak dapat ditemukan oleh ekskavator kecuali mesh sangat halus digunakan untuk menyaring tanah.

Pecahan kaca (A Jenis artefak umum)
Pecahan kaca mungkin ditemukan di lokasi penelitian. 

Pecahan Tembikar (Jenis artefak umum)
Pecahan tembikar (Potsherds) adalah fragmen pecahan tanah liat yang biasanya digunakan sebagai alat memasak dan penyimpanan yang dibuat dan digunakan oleh manusia purba.

Sumber:
  1. Rovicky
  2. Arkeologi untuk semua
  3. learnnc.org

Comments

Popular posts from this blog

Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata