Mandala Cupugiri atau Gunung Cupu di Sumedang | Bawahan Tarumanagara

[Historiana] - Mandala Cupugiri atau Gunung Cupu di Sumedang, Jawa Barat. Kemandalaan adalah kata benda untuk Mandala yang berarti tempat suci sekaligus kawasan perdikan yang memiliki kewenangan khusus di bidang keagamaan. Sebagian masyarakat di tatar Sunda menyamakan Mandala dengan Kabuyutan. Mandala Cupugiri termasuk dalam daftar Kabuyutan atau Kemandalaan di Tatar Pasundan.

Selain di Sumedang, Gunung Cupu juga terdapat di Ciamis, Cianjur, Purwakarta Jawa Barat dan Pandeglang Banten.

Mandala adalah tempat suci dan tempat mempelajari ilmu keagamaan dalam agama Jati Sunda dan dipimpin oleh seorang Resi Guru. Didalamnya terdapat aktivitas lain selain keagamaan, misalnya pertanian dan perniagaan juga dijaga keamanannya dengan prajurit pengamanan Mandala. Oleh karenanya, bagi cara pandang Barat Mandala juga dianggap sebagai Kerajaan. Pembedanya adalah pola hubungan yang longgar di Mandala, tidak seperti cara pandang Barat dan China yang menghadirkan pola hubungan Client-Patron, dominasi atas kepada wilayah bawahannya.

Di Gunung Cupu Sumedang terdapat keramat Gunung Cupu.  Mandala ini dipimpin Guruloka atau Guru Resi Sukmana atau Eyang Cupu.

Ketika Dharma Satyajaya Warunadewa memerintah di Kerajaan Salakanagara sebagai raja kelima, putra-putranya yang sebanyak tujuh orang meninggalkan istana menuju ke arah timur dan memilih berdiam di daerah pedalaman (pegunungan), dan kemudian hidup sebagai seorang pertapa (Resi), yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Sumedang.


Ketujuh putra Dharma Satyajaya Warunadewa tersebut adalah:
  • Jaya Sampurna, berdiam di Gunung Susuru (Kampung Genteng Kel.Pasanggrahan Kec.Sumedang Selatan)
  • Indrasari, disebut sebagai Dalem Tumenggung di Gunung Susuru (Kampung Genteng Kel.Pasanggrahan Kec.Sumedang Selatan)
  • Sukmana, disebut sebagai Eyang Cupu di Gunung Cupu (Pasarean Kel.Kotakulon Kec.Sumedang Selatan)
  • Sumaradira, disebut Prabu Daniswara di kaki Gunung Tampomas (Blok Ciemutan Dusun Cilumping Desa Cikurubuk Kec.Buahdua)
  • Jayabuana Ningrat, disebut Banas Banten di Kampung Banas Banten Desa Babakan Asem Kec.Conggeang
  • Larasakti, disebut Eyang Haji di Gunung Cisusuru Dusun Sahang Desa Dayeuh Luhur Kecamatan Ganeas.
  • Sari Hatimah, disebut Sanyak atau Dalem Tumenggung Surabima di Cieunteung Desa Cipamekar Kec.Conggeang.

Comments

Popular posts from this blog

Asal usul Uang "Cicis" dalam Budaya Sunda

Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya....

Naskah Sanghyang Raga Dewata